dear u,
pertanyaan dari lo adalah:
1. kalo cowo baru kenalan sama cewe, terus ngajak ML, si cowo mau ga?
2. kalo cewe baru kenalan sama cowo, terus ngajak aktif secara seksual, si cewe mau ga?
3. apa dampak jawaban2 ini terhadap hubungan cewe dan cowo?
katanya, syaratnya harus jawab dengan ya atau tidak.
baiklah...
1. kalo cowo baru kenalan sama cewe, terus ngajak ML, si cowo mau ga?
-> kenapa ga mau? kenapa harus nolak untuk ML?
2. kalo cewe baru kenalan sama cowo, terus ngajak aktif secara seksual, si cewe mau ga?
-> kenapa ga?
3. dampaknya?
-> bicara dampak mah, akan sangat luas cakupannya, yang pasti, yea berdampaklah.
sebelumnya,
1. lo menolak jawaban normatif -tergantung si cewek atau cowok-, betul?
2. terlepas dari subjeknya -maka, gue juga ga akan sesubjektif (subjektif pasti ya, namanya juga opini) dan berteriak2 muna kalo cewek ga mungkin lah mau untuk ngeseks dan sebagainya cuma demi untuk menjaga harga diri sebagai cewek, begitu pun, gue ga juga menjatuhkan harga diri cowok dengan setuju 100% bahwa si cowok akan dengan segera mengiyakan ajakan berbau seks. bisa diterima?
3. maka penjelasan gue akan meminimalisir penggunaan kata cewek dan cowok. dan menggeneralisasikan jadi 'orang', mencoba berperan sebagai pihak yang belajar untuk melihat banyak sisi dari pertanyaan tersebut. oke?
... ini pendapat gue ...
tau kan, rumus B=P+E?
bahwa behavior atau perilaku yang akan muncul nantinya merupakan gabungan dari person, orangnya (ini mungkin yang maksud lo subjektif), dan environment, lingkungan, situasi, keadaan sekeliling, dll deh di luar orang itu. karena "P" sudah dicoret, karena lo menolak mendengar penjelasan dari segi "P"-nya, maka yang bisa digali dan mudah2an bisa ngebantu lo berpikir adalah dengan melihat "E"-nya.
Apakah seseorang akan mengiyakan ajakan aktif seksual bahkan ML dengan orang lain, tergantung pada pertanyaan: apa, di mana, kapan, sama siapa, kenapa, dan gimana
1. apa
"apa sih ngeseks itu?" ketika pertanyaan ini terlontar dari pihak yang diajak, maka pilihan yang akan muncul adalah antara ga jadi ngeseks lantaran pihak pertama ilfil sama pihak kedua, kok bisa2nya ga ngerti apa itu ngeseks. atau, dengan senang hati, si pihak pertama akan ngajarin apa itu ngeseks. ahahahahaha...
ketika lingkungan mengajarkan bahwa seks itu haram, tabu, ga baik diomongin apalagi dilakukan, ya jelas, jawabannya adalah ga. tapi ketika kita belajar bahwa ah, seks itu ga masalah kok, malah penting, dll, maka jawabannya iya.
2.di mana
yang ini penting sebagai pedoman apakah seseorang akan mengiyakan atau menolak ajakan tersebut. kalau dari cerita lo, di klub malam gitu, kemungkinan besar iyalaaahh, untuk 2 pertanyaan awal tadi!!! ingat, bahwa faktor lingkungan di sana sangat mendukung, bukan? lo akan dengan mudah mengiyakannya, karena di sana, lo akan kebawa suasana lah, konformitaslah, nyoba2lah, semua deh disitu, toh, tempat itu dibuat memang untuk tujuan untuk hiburan yang ke arah2 seksual gitu toh? nah, sampai di titik ini, ternyata ga bisa sob, kalo ga mengaitkan unsur "P"-nya, karena di kalimat gue tadi ada kata "tujuan" dan tujuan atau motif inilah yang balik lagi ke "P"-nya. klo tujuan kita untuk dapat hiburan kuliner tentu kita ga ke sana, tapi pergi misalnya ke jalan surken atau pajajaran di mana banyak warung2 makannya. hehehe... karena tujuan lo adalah mendapat hiburan atau kepuasan seksual (baik aktif maupun non aktif) *ini setelah baca2 dari google tentang sejarah klub malam, yang pada akhirnya era sekarang identik dengan seks*, makanya kita pergi ke sana.
3.kapan
kapan tawaran itu diajukan ke kita. ketika lingkungan menawarkan itu pada kita, jawabannya akan iya. ketika lingkungan ga menawarkannya, ya ga.
ketika lingkungan menawarkan kita untuk ngeseks, kita bakalan melakukan apapun untuk itu kan, antara mengiyakan ajakan itu -kalo kebetulan lagi ada yang ngajak- atau ya masturbasi, inipun termasuk ajakan dari lingkungan lho, mengingat kita melakukan masturbasi ketika ga ada orang lain di dekat kita kan? *karena akan ada pilihan perilaku yang mungkin terjadi kalau ada orang lain di sekitar saat melakukan masturbasi: dikecam atau sukur2 ya lanjut, tapi siapa yang tahu sih??!! hahaha... *
ya, ketika ada orang lain yang ga satu tujuan dengan kita (misalnya, kita sedang tidak ada di klub malam melainkan di acara2 keagamaan, ya ga mungkinlah -moga2 sih- ga ada tuh kegiatan berbau seks gitu2.), kita akan menolak ajakan itu *ada gitu yang ngajak ML di acara keagamaan?, kalo ajakan needs pribadi sih mungkin2 aja ya*
tapi ga sedangkal itu juga. karena untuk pertanyaan yang ini pun, sebenernya ga bisa diabaikan faktor "P"-nya. ketika kita memang sedang bergairah-bergairahnya, kita lagi ngebet banget pengen ngeseks, needs-nya lagi menggebu2, jawaban untuk kedua pertanyaan di atas tadi adalah ya. apakah lingkungan menawarkan untuk ngeseks atau tidak, pokoknya bakal diusahain gimanapun caranya untuk bisa meluapkan keinginan tersebut. tapi kalo kitanya lagi males, ga mood, ya ga. palingan dateng ke klub cuma buat nongkrong sama temen2 atau apalah... tapi lagi, kalo orangnya bisa mengalihkan kebutuhan seksnya pada yang lain, mungkin juga bakalan ga kejadian.... oh well, gue juga agak2 sebel dengan jawaban yang "balik lagi ke orangnya" karena banyak banget kemungkinan yang akan terjadi. maka kita skip saja, hahaa..
4.sama siapa
sama siapa tawaran ini.
nah, ini seru juga nih buat dibahas. hahaha.. suasananya di klub, diingatkan kembali ya. kalo mabok mah, sama siapa aja boleeeee, hihihi.. tapi kalo agak sadar sedikit, yeaa, pilih2 dikit juga laahh...ahahahah..
balik ke lingkungan:
- lingkungan kita bergaul, akan mengarahkan kita untuk menolak atau menerima tawaran itu. sebagai kaum homoseksual, tentu kita nolak lah, kalo diajak ML sama cowo. tapi kalo kita sebagai heteroseksual, ketika lawan jenis yang ngajak, hayuk2 aja.
- lingkungan yang bikin mabok, akan mengiyakan kita untuk ayo2 aja sama tawaran itu. kadang, orang yang hetero kalo lagi mabok juga hayuk2 aja kan diajak main sama yang sejenis? ckckck,,, begitu pentingnya kesadaran akan diri sendiri, hahaha..
5.kenapa
Kenapa tawarannya ngeseks? gatau juga deh, pertanyaannya kok gitu sih? ya karena yang akan dibahas adalah seks kan?? ahahaha..
kalo untuk menjawab alasan, udah sempat terbahas ya di pendapat gue sebelum2nya, bahwa itu berhubungan dengan "P"-nya tapi juga ga terlepas dari "E"-nya.
kalo tawarannya untuk bersihin kandang sapi di belakang rumah mungkin bisa aja jawaban untuk keduanya adalah ga. hahaha... baru kenal disuruh gitu? ga ada yang lebih sopan? ngajak minum dulu kek, ngobrol dulu, apa kek?? hahaha..
6. gimana
gimana tawaran itu disampaikan pada kita. apakah dengan cara yang sesuai dengan keadaan kita atau malah ga. ini juga yang gue bilang, "E" mendukung "P" atau tidak.
yang mau gue bilang, secara sederhana adalah, kita manusia, dibentuk oleh lingkungan. oleh karena itu, variasi jawaban dari tiap pertanyaan yang mungkin muncul pun, akan dijawab dengan ada efek2 dari lingkungan itu sendiri, toh jutaan pertanyaan juga bisa muncul hanya dari suatu lingkungan kan?
hmm.. jawaban untuk pertanyaan nomer 3, mengenai dampak terhadap hubungan, kerena kembali ke dua jawaban sebelumnya yang, siapa-tau-iya dan siapa-tau-ga, tergantung lingkungannya, ya akan berdampak macem2 juga. agak males ngebahasnya sih gue, ahahaha, bakal kepanjangan kayanya sih. kaya butuh teori juga gitu lho, sob, buat ngejelasinnya, salah satunya teori Brofenbrenner (lupa taun berapa, hihi) yang bilang bahwa lingkungan pun sebenernya terbagi atas lingkaran2 lagi di dalamnya kan (micro, meso, exo,dan macrosystem) mulai dari diri sendiri, keluarga dan teman dekat, tempat bersosialisi, sampai globalisasi. yang pasti sih, akan berdampak ke sana. huahahaha.. udah ah, capek ngetiknya...
yea, gitu sih, kalo menurut gue
:)
gue, bisa beropini kaya gini pun, ga bisa dilepas dari lingkungan gue dibesarkan, nilai2 apa yang diajarkan, gimana gue belajar,, yang kemudian meresap ke dalam diri gue dan pada akhirnya terbentuk pemikiran seperti ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar