Selasa, 21 September 2010

seandainya gue mati nanti, akankah gue dikenang?

hmm, sekarang ngomongin tentang kematian. agak2 serius ini, dibandingin dengan topik2 yang sebelum2nya, hehehe... jujur, sampe sekarang gue ga pernah memikirkan hal ini secara mendalam, mungkin ga kepikiran juga kali ya. cuma, setelah nonton beberapa film yang berujung pada kematian, jadi berpikir, ya gue pun akan mati juga suatu hari nanti, tanpa ada yang tau kapan nantinya datang.

apakah kematian itu mengerikan sehingga segitunya ditakuti?
gue gatau apa2 tentang gimana mati itu, karena gue masih hidup -dan bisa ngetik, haha-
ada yang bilang kematian itu mengerikan, tapi ga usah ditakuti. nah lho...
berarti kematian itu seperti nonton film sadis dong? ngeri sih pas nontonnya, tapi ga perlu ditakuti karena itu kan cuma film...? gitukah? tapi kalo gitu, agak sulit juga karena kalo mengenai film sadis tadi, film itu tidak perlu kita takuti karena kita paham kalo itu hanyalah film. masalahnya, kita -gue sih- tidak paham dengan kematian, makanya kematian itu akhirnya ditakuti? jadi darimana orang2 sampai bisa bicara gitu ya? tapi yasudah, mungkin konsepnya terlalu abstrak, yang bisa dibahas dari sudut padang macem2 juga.

gue ga mau ngebahas itu sih sebenarnya, hahaha, itu tadi cuma pertanyaan pengantar yang terlintas. yang mau gue tulis sebenarnya pertanyaan simpel sih.


kalo gue mati nanti, apa yang akan dilakukan oleh orang2 ya?
kalo nanti gue mati, apa yang dirasa, apa yang dipikirkan oleh orang2 tentang gue ya?
apakah mereka akan meraung2 menangisi kepergian gue untuk kemudian kembali lagi mendatangi nisan gue? atau mereka sekedar datang mengusap air mata sebagai formalitas yang jatuh kemudian pulang dan sudah, meninggalkan nisan gue sampai berlumut?
nenek gue sudah meninggal. gue sedih, nangis2, dan selalu kembali ke makamnya. gue ingin seperti itu. gue ingin orang2 nantinya sedih saat gue mati, menangis saat gue mati, dan selalu kembali ke makam gue. gue ingin gue diingat oleh orang2. gue mau walaupun gue udah gatau dimana, hubungan gue dengan orang2 tetap berlanjut.

well, gue belum mati sekarang -at least pas lagi ngetik ni tulisan :p- dan gue yang masih hidup ini, pengen banget dikenang (kayanya jiwa pengen eksisnya terlalu meluap, hahaha) untuk nantinya.
gue pengen nanti ketika gue ga ada lagi, akan ada orang yang dengan bangganya bilang:
- itu anggota keluarga gue, itu anak gue (kalo gue mati duluan daripada para leluhur gue), itu ibu gue, itu istri gue, itu nenek gue, ...
- itu sahabat gue
- itu rekan kerja gue
- itu tetangga gue
- itu .... gue (terserah yang menjalin relasi sama guenya deh)

pertanyaannya,
sudahkah gue membanggakan untuk mereka, sekarang? sehingga memang nantinya gue layak untuk dikenang oleh orang2?
sudahkah gue siap untuk ditangisi saat pergi?
sudahkah gue membangun relasi yang akan senantiasa berlanjut sampai waktu yang ga bisa ditentukan?

jika jawabannya belum, maka, gue belum mau mati sekarang.
gue belum bisa membanggakan, rasanya masih kuraaang aja terus. gue belum siap ditangisi oleh orang2, apa yang akan orang2 tangisi? rasanya masih kuraaang aja. fondasi bagi sebuah hubungan yang setia pun belum kokoh.
ya, gue punya banyak tugas.
gue pengen ada orang yang dengan bangganya bilang ke gue SAAT ini bahwa mereka bangga mengatakan: dia keluarga gue, dia sahabat gue, dia rekan kerja ue, dia tetangga gue, ... (udah ada sih beberapa, huehehehe, gue memang membanggakan ckckck, thanks guys, hihihi) dan adalah tugas gue untuk bisa mencapai goals itu.
karena sekarang belum mati -karena masih bisa tetep ngetik, hihi- berarti gue masih bisa untuk membuat diri gue siap dengan kematian gue. ya, membuat diri gue siap, bukan membuat orang lain siap. orang lain akan selalu ga siap dengan kematian gue or siapapun, maka gue yang harus siap. apa indikator kesiapan gue menghadapi kematian? idk, hahaha, ga jelas sih gue??!! mungkin ini.... biasanya orang2 yang sedang dalam keadaan dying akan diminta untuk berdamai dulu sama diri sendiri guna mempersiapkan diri menjelang kematian. pertanyaan lagi, harus sampai sekarat dulu kah baru kemudian gue akan mempersiapkan diri untuk kematian? wah, terlalu lama! jadi gue akan siap ketika gue bisa berdamai dengan diri gue, bisa menerima diri gue yang seperti ini loh (yang dodol lah, yang aneh lah, dst) apapun keadaan gue sekarang, dan tetap berusaha menjalani hidup dengan apapun kehidupan gue. lalu kapan gue merasa siap? entahlah... tapi gue yakin banget akan ada waktunya.

jika jawabannya ya, maka, mungkin gue boleh aja mati sekarang.

2 komentar:

  1. buat gue, umur itu karunia dan kesempatan untuk bisa berbuat, berdaya, berguna, menyayangi, melindungi.
    mati adalah sebuah penghiburan! sebab orang2 yang kita sayangi, orang2 yang ditinggal, diberikan kuasa, diberikan kepercayaan untuk bisa hidup tanpa harus lagi ngandelin kita yang pegi.

    gue layak untuk hidup,
    gue layak untuk sebuah kematian.
    dua hal ini menyenangkan.

    lo layak idup gak?
    ;)

    BalasHapus
  2. kematian kita takuti ketika kita tidak tahu mau apa nanti selanjutnya
    yang penting ikhlas dan sabar

    BalasHapus