matahari,
rasanya kamu yang paling jauh dari beberapa lapis langit yang menutupimu. akankah rasa ini kau rasakan? rasa yang penuh syukur kadang penuh benci, tapi perpaduan keduanya membuatku bertanya. mampukah kamu kuraih? entah bagaimana, mungkin dengan segala caramu, aku merasa dekat denganmu. ya, siapa yang tidak? sinarmu, hangatmu, dicari. rasanya aku iri padamu karena, entahlah, kamu seberguna itu dan kamu se-dicari itu oleh orang lain. sementara aku? aku terlalu sibuk mencarimu, tanpa sadar bahwa mungkin aku pun juga dicari. aku terlena olehmu. kamu dekat, tapi kamu jauh!! aku tidak akan pernah bisa menjangkaumu! tapi lalu aku berpikir, segala tentangmu membuatku berpikir, bukankah sudah cukup bijak dengan pernyataan 'kamu dekat, tapi kamu jauh'? bukankah, dari pelajaran SD-SMP sudah diberitahukan oleh guru bahwa sebenarnya kamu berbahaya jika dari dekat? untuk itukah, maka kamu lebih baik jauh? akankah aku mati gosong jika aku dekatmu? atau malah sebelum berhasil mendekat aku justru akan mati sia-sia, sudah tidak mendapatkanmu, sudah jauh-jauh, eh mati?
awan,
mungkinkah kamu sebenarnya bersekongkol bersama matahari di jauh sana, untuk melindunginya terbuka? ya, kurasa demikian. entah ada berapa lapis awan yang ada di sana hanya untuk melindungi matahari yang sombong? kuyakin ada banyak. kamu menyusahkanku, untuk menemui matahari, kamu tau itu? kenapa?
angin,
bisa kamu bantu aku? bergeraklah menembus membelah sang awan hingga ku bisa melihat mentari. tapi, mengapa setiap kali kau berhembus, awan itu dengan segera menutup kembali?
dan sekarang hujan. semakinlah gelap saja. mana matahari?
apakah dia menjauhiku?
ah, hanya perasaanku saja. dia tetap di sana, hanya saja, sepertinya alam raya seisinya sudah menandatangani kontrak bersamanya, untuk tidak membiarkan manusia penuh tanya sepertiku mengusiknya.
maka, yasudah, dengan ketegaran sang awan yang menjaga matahari, aku duduk, menatap layar laptop.
dengan kerendah-hatian mentari, aku mengakui kehebatannya.
dengan kelembutan sang awan, aku menerimanya, dan tidak lagi berusaha mengerti.
seiring dengan kesyahduan tetes air yang turun, aku membiarkan setiap tanya tentangnya mengalir dan mengalun. mungkin nanti akan ada jawab, atau memang kini aku sudah menemukan jawabnya?
*
my beloved friend, ini untukmu. mungkin ini analogi yang bisa menggambarkan aku dan kamu. dan ini juga yang selalu kucoba berikan padamu: kebebasan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar