Minggu, 07 September 2014

memutar ulang


Ini adalah sebuah karya sastra yang sarat makna. Pelajari pesan moralnya.

Pengantar: Karya ini dibuat oleh saya dan seorang kawan gila di tengah perkuliahan sekitar tahun 2009. Saya menemukan kertas usang dengan warna ballpoint yang sudah menguning. Jadi sebelum dia lapuk dimakan usia, lebih baik diselamatkan di sini. Perkuliahan terkadang membosankan. Kebosanan itu yang mengusik kami untuk berkreasi, mengembangkan spontanitas kami dalam sebuah permainan sambung kalimat dalam cerita. Aturannya sederhana, sesukamu saja mau berhenti kapan dan silakan lanjutkan tulisan yang sudah ada. Pada teks asli, terlihat sekali perbedaan tulisan kedua penulis. Pada ketikan, saya bedakan dengan italic. Tulisan italic adalah pemikirannya, dan tulisan yang non-italic adalah pemikiran saya.

*

Di sebuah kerajaan di Negeri Awan. Hiduplah seorang pangeran tampan. Sayangnya, dia memiliki kekurangan, yaitu giginya yang super tonggos. Mungkin gigi tonggos itu dilihat sebagai sebuah kekurangan, tetapi sebenarnya gigi itu memiliki kekuaragan gaib. Kekuatan gaib dari gigi tonggos Sang Pangeran sayangnya hanya muncul ketika bulan purnama.

Suatu malam bulan purnama. Kerajaan Sang Pangeran Negeri Awan diserang oleh kerajaan dari Negeri Petir. “Dhuar dhuar dhuar jegerrr..”, begitulah pertanda datangnya kerajaan Petir. Kerajaan Negeri Awan, yang kala itu tidak menduga akan ada serangan, menjadi panik ricuh tidak karuan.”Kyaa..”, jerit orang-orang di Kerajaan Awan. Tapi dengan segala wibawanya, Pangeran Awan maju dan berusaha menenangkan masyarakat negeri awan. Dengan gagah berani, ia berbicara di hadapan rakyatnya, “Fenang wargahu, ahu ahan meselamafkan kerajaan inif…” (efek gigi tonggos). Ketika itu, pasukan Negeri Petir telah sampai di gerbang Negeri Awan dan suasana justru semakin heboh.

Ternyata kehebohan tidak berhenti di situ karena pasukan musuk menyekap ibunda pangeran. Pangeran marah, karena baginya tidak ada yang boleh melukai Sang Ibunda. Wowowo, so sweet banget si Pangeran… Pangeran memerintahkan seluruh pasukannya untuk menyerang pasukan Negeri Petir dan mempertahankan Negeri Awan, sedangkan dirinya pergi menyelamatkan ibunda. Dia mencari ibunya, sampai akhirnya ia menemukan ibunda disekap di kandang harimau. Harimau menyeringai, tetapi si harimau melakukan kesahalah fatal, karena Sang Pangeran balas menyeringai, kemudian… sambil menyeringai, pangeran menekan tombol yang ada di pipinya dan hal tersebut membuat gigi tonggosnya mental keluar dan… menabrak muka harimau dan melukai matanya. Harimau kesakitan kemudian berlari menjauh. Lalu pangeran menekan sekali lagi tombol tersebut dan membuat giginya kembali menempel di gusi. Pangeran pun kembali ke istana.

Di istana, ternyata keadaan belum mereda dan pangeran memutuskan untuk mengalahkan pasukan musuh. Sekali lagi, pangeran menekan tombol di pipinya tapi bukannya membuat gigi mental, kali ini muncul cahaya terang membutakan mata. Seketika itu juga pasukan Kerajaan Awan memasang kacamata hitamnya. Pasukan Negeri Petir yang tidak mempersiapkan apa-apa untuk menahan cahaya gigi tonggos, seketika itu tidak dapat melihat. Pasukan-pasukan kroco dari negeri musuh pun kalah, namun tidak dengan Pangeran Petir, karena dari awal ia sudah buta.

Pangeran Petir yang terlahir buta, sudah hapal kondisi setiap sudut istana Negeri Awan dan hal ini memberi keuntungan bagi dirinya untuk menemukan tempat yang tepat untuk bersebunyi sambil mencari kelemahan Pangeran Awan; di manakah itu?! Pangeran Petir berpikir sangat keras hingga sakit perut, sampai akhirnya Pangeran Petir mengetahui bahwa kelemahan Pangeran Awan adalah sesuatu. Yang pasti, Pangeran Petir kini sudha mengetahui kelemahan Pangeran Awan dan segera mengatur strategi untuk mengalahkannya. Akhirnya, seteah menyelesaikan urusannya di jamban, sang Pageran Petir pun siap untuk menyerang Pangeran Awan. Langkah pertamanya yaitu cebok dan mengguyur kotorannya dan tidak lupa menyemprotkan pengharum ruangan. Kemudian Pangeran Petir keluar dari jamban untuk melancarkan serangan, tapi tiba-tiba muncul sebuah bayangan dari ujung lorong. Ternyata dia adalah peliharaan kesayangan Pangeran Petir dan langsung saja Poppy (begitu nama peliharaannya) menghampiri pangeran untuk membantunya.

Poppy, seekor kuda poni yang sudah terlatih, langsung dijadikan tunggangan oleh Pangeran Petir (sekadar agar terlihat keren). Pangeran Petir melihat (eh dia kan buta) Pangeran Awan ada di mushola kerajaan. Ternyata Pangeran Awan adalah seorang yang taat agama. Dalam sholatnya ia bergoa agar keadilan Tuhanlah yang nantinya membawa kemenangan. Pangeran Petir tertawa mendengar doa Pangeran Awan dan langsung mengacungkan pedang halilintarnya ke arah jantung Pangeran Awan. MELESET! Mengenai gigi Pangeran Awan. Sialnya, karena malam itu adalah malam bulan purnama,gigi tonggos Pangeran Awan memiliki kekuatan luar biasa, termasuk dalam hal pertahanan. Pangeran Awan menyeringai selebar-lebarnya, dan akhirnya.. mampu membukakan mata Pangeran Petir yang buta. Dan untuk pertama kali dalam hidupnya, Pangeran Petir melihat dunia. Matanya mulai berkeliling ke mana-mana dan tak terasa air mata meleleh dari matanya. Pangeran Petir tidak menyangka bahwa dunia seindah ini. Sayang, momen yang mengharukan ini terganggu dengan keberadaan gigi tongos Pangeran Awan. Dia terkejut ketika melihat betapa tonggosnya dan saking terkejutnya ia tak sengaja berkata, “Lebih baik aku buta lagi saja.”

Pangeran Awan merasa rendah diri dan sedih. Ia berlari ke sudut mushola, berjongkok, dan pundung. Tak terasa, air mata meleleh dari giginya (lhoo?!). Tapi akhirnya, ketika Pangeran AWan telah mendapatkan kepercayaan dirinya lagi, dia menghapus air mata dari giginya kemudian berdiri menantang Pangeran Petir dan Poppy. Sebelum terjadi perang yang selanjutnya, Pangeran Petir merasa bahwa ia tidak pantas berkata seperti tadi. Akhirnya Pangeran Petir dan Poppy meminta maaf, dan terjadilah momen bermaaf-maafan.

Tapi rupanya niat baik dari Pangeran Petir tidak semudah itu diterima oleh Pangeran Awan, dia terlanjur sakit hati. Pangeran Awan pun menyerang Pangeran Petir ketika Pangeran Petir menunduk untuk minta sungkem. Ditandukkannya gigi tonggos itu ke kepala Pangeran Petir namun Pangeran Petir adalah orang yang sangat gesit, sehingga bagai di film matrix, Pangeran Petir menghindar dari serangan itu. Lalu Pangeran Petir segera menarik pedang petir dari ketiaknya dan menyabet Pangeran Awan. Ketika itu Pangeran Awan menangkis dengan gigi tonggosnya, tapi rupanya… hari telah pagi! Dan kekuatan sakti gigi tonggos Pangeran Awan sudah hilang. Singkat saja, karena kekuatannya hilang, maka gigi tonggos itu pun terpotong. Pangeran petir mengira Pangeran Awan telah mati, tapi ternyata Pangeran Awan terbangun dan ketika itu Pangeran petir menyadari bahwa gigi tonggos Pangeran Awan telah hilang dan giginya kembali normal. Akhirnya mereka pun berpelukan.

Tamat.

*

Catatan: Terima kasih sudah mau meluangkan waktu untuk membaca! Semoga bermanfaat!
Catatan: Terima kasih, Kania! :)))

Tidak ada komentar:

Posting Komentar