Kamis, 28 Juli 2011

peraturan baru

Nyokap gue cerita dengan nada prihatin, "Mba, kamu tau ga, kalo nanti di Diploma, akan dibuat peraturan baru untuk mahasiswanya.".
"Peraturan apaan lagi mam?".
"Setiap mahasiswa, harus tersenyum dan menyapa setiap orang yang ada di areal kampus.", kata nyokap.
"hah??? apaan??", dengan bingung gue minta diulang.
"iya, mahasiswa harus senyum....", lalu terpotong dengan kalimat gue yang takjub dengan adanya peraturan itu,
"HAL SEKECIL ITU, HARUS DIATUR????" (dengan nada kaget)

*

Itu, sekilas percakapan yang menjadi prolog dari argumentasi gue kali ini, haha... Kaget ga sih lo? Syok ga? Kalo gue pribadi sih ya, gue syok banget (lebay). Tepatnya lebih ke arah bingung sih dengan dunia sekarang (seolah gue hidup di jaman dulu).
Kampus, harus bikin peraturan itu, apa dasarnya ya?
Lalu gue tanyalah itu ke nyokap. Dan ternyata hei ternyata, hal itu didasari oleh keluhan para dosen dan karyawan yang merasa dicuekkin sama mahasiswanya. Mending ya kalo sebatas nyuekin, malah ada yang lebih parah, ada kelompok mahasiswa yang berprinsip 'kalo gue bisa ga ketemu, ya ga usah ketemu sekalian deh'. DAAANGG!!! dan hancurlah hati para pendidik di kampus.

Memang segitunya ya?
Segitu buruknyakah sikap mahasiswa/ siswa sekarang terhadap pihak-pihak 'kecil' yang seolah ga terkait sama kehidupannya?


Siapa dosen?
Siapa itu orang-orang sub bagian akademik?
Siapa itu CS?
Siapa itu sekuriti?
dan siapa itu mahasiswa?

Pertanyaan tersebut bisa dijawab dengan dua versi. Tinggal pilih yang mana yang sesuai dengan diri kita masing-masing aja kali ya :)

Pilihan A
Dosen adalah orang yang masuk kelar untuk ngoceh, orang yang kehadirannya ditunggu hanya untuk mendengar kalimat 'ya, saya rasa waktunya sudah habis. sampai bertemu minggu depan', orang yang begitu keluar ruang kelas menjadi 'bukan siapa2'.
Orang sub bagian akademik adalah orang-orang yang harus mempertanggungjawabkan segala hal yang berhubungan dengan nilai kuliah, tempat mahasiswa protes dengan telatnya jadwal sidang, orang yang setelah keluar dari ruang kerjanya menjadi seorang yang 'bahkan-gue-ga-kenal".
CS adalah mba dan mas yang bersihin WC, yang harus nyiapin minum, yang bersihin ruang kelas.
Sekuriti adalah bapak-bapak penjaga kemanan kampus, orang yang ruang kerjanya paling kecil dan sempit, yang kadang merangkap jadi tukang parkir.
Ibu dan bapak kantin adalah orang-orang yang bertugas memuaskan basic needs.
Mahasiswa adalah saya, siswa yang maha. titik.

Pilihan B
Dosen, guru, suhu, apalah istilahnya adalah orang-orang yang berprofesi sebagai pengajar. Yang tugasnya adalah selain mengajar juga mendidik. Yang berarti bahwa tidak hanya berfungsi sebagai guru, tapi juga teman. Toh, kita belajar dari mana-mana dan di mana-mana kan? orang-orang yang kadang kalau berbaik hati akan traktir kita, orang-orang yang ternyata juga berprofesi sebagai pelawak ketika diajak main.
Orang sub bagian akademik adalah orang-orang sabar yang bekerja di balik ruangan berkaca (yang tapi ada pintunya kok, jadi kita bisa masuk dan merasakan bahwa di dalam sana suhu ruangannya adem, asik buat nongkrong), yang ga pernah mengeluh 'kenapaaa ini mahasiswa nanya yang ini lagi, ini lagi", yang mengurus segala macem printilan kepentingan dosen mulai dari rapat, meeting, makan-makan, yang menjadi perantara mahasiswa dan dosen,
CS adalah orang-orang pekerja keras yang berhati mulia membersihkan segala yang hina mulai dari kotoran BAB, debu-debu kecil yang bikin alergi, orang-orang yang kuat karena terbiasa gotong barang kemana-mana, orang-orang yang mempunyai selera musik sama dengan kita *eh gue kali ya, sejenis WALI, ST12, juga Bon Jovi*.
Sekuriti adalah bapak/ibu berbadan atletis, kumpulan orang yang kalau diajak tanding tarik tambang pasti menang, orang-orang yang punya anak dan cucu yang bisa besar dari upah menjaga keamanan, orang-orang yang paling mobile dan hobi mondar-mandir ke sana kemari, orang-orang yang kantornya paling besar diantara jabatan manapun (satu fakultas dia yang punya lho?? lapangan, kantin, ruang kelas, parkiran, ckckck).
Ibu dan bapak kantin adalah orang-orang yang dengan lapang hati menerima kita apa adanya dan adanya apa. Ketika ada uang, syukur. Ketika uang sedang ga ada, yaaah utang dulu ya Mas?? huehehehe....
Mahasiswa adalah orang-orang yang setingkat di atas siswa. *ga tau gitu mau ngejelasin apa, hahaha*


Mana sih yang paling menyenangkan? Jawaban A atau jawaban B?
kenapa akhirnya peraturan itu perlu dibuat mungkin karena di dunia ini (lebay) terlalu banyak orang yang menjawab A. Begitukah?

*
(ini, dari pengalaman gue)

Pertama. Bukannya enak banget ya kalo kita bisa kenal deket sama dosen. bukannya akan lebih besar kans untuk menjadi pintarnya? bukankah harapan untuk menjadi seorang yang pintar itu bisa menjadi kenyataan? Bukan ya? Apa takut dinilai anak lain 'ih, penjilat deh','ih SKSD banget', dan 'ih ih' yang lainnya. Adooohh.... ini kan bukan SMA lagi. Tapi, ya mungkin aja sih, hal ini terjadi juga di dunia kemahasiswaan.
Bahagia ga sih ketika lo bisa ngakak bareng dosen? Di dalem kelas mungkin ga bisa, tapi di luar, heeeiii, mereka juga sama kaliii, seasik kitaaa!! *nyehehe*
Seneng doong, ketika ga harus berbicara menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, ketika lo boleh ngobrol acak2an, bahkan lo-gue-an dengan dosen lo?

Kedua. Ketika lo udah kenal sama orang akademik, bukannya itu malah asik ya? bukannya lo malah mendapat keuntungan untuk minta keringanan ketika tercekal absensi dan lo ga boleh ikut ujian dan lo mengajak serta orang akademik dengan melas untuk bilang, "Pak, plis banget,,,, waktu itu aku sakit (padahal mah cabut) terus surat dokternya belum ada tapi akan segera nyusul *ck, anak muda, hihi*. Plis pak, dikurangin satuuuu aja absensiku..." dan lo bisa keluar ruangan subak dengan wajah ceria penuh kemenangan.

Ketiga. Kenal sama CS, itu sangat menyenangkan karena bisa diajak kongkalingkong. Misalnya, ketika lo males semales itu untuk masuk kelas karena ga mood, lo bisa datang ke ruangannya dan bilang,"mas, titip tas dulu yak" lalu lo bisa masuk ke kelas selama kurang lebih 15 menit sambil menunggu beredarnya presensi dan kemudian lo cabut aja dari kelas. Tentunya dosen ga akan tahu kalo kita keluar lama, karena alesannya ke WC dan ga bawa tas (jangan lupa untuk sembunyikan bolpen di kantung dan kertas yang digulung). Bebas merdeka!!! Tas berada di tangan yang aman. Berangkatlah kita jalan-jalan ke manaaa atau sekedar nongkrong di kantin....

Keempat. Bisa menghabiskan waktu bersama para penjaga keamanan itu lebih asik lagi. Entah apapun caranya, bisa dengan main badminton, bisa dengan sekedar duduk di posnya, bisa juga nemenin beliau makan, dan bahkan BISA CURHAT!! demi apapun, ini bener banget. mungkin karena profesinya sebagai penjaga keamanan, maka curhatan kita pun aman di tangan mereka. Tapi memang belum pernah nyoba untuk menitipkan hati ke beliau-beliau itu sih....hmm....

Kelima. Selain bisa ngutang, mas ibu bapak yang kerjanya di kantin itu, bisa jadi macem-macem. Ibu kantin sebagai sumber informan yang terkini. Bak mendengar kata yang keluar dari Fenny Rose, setajam itu juga informasi yang dimiliki oleh si Ibu. Bapak kantin sebagai ayah keberapa yang menjaga ktia dari godaan orang-orang baru yang berada di sektiar kita. Mas-mas kantin sebagai tempat peminjaman pompa ketika lo mau main bola tapi kempes

*

Mereka, memang orang-orang 'kecil', orang-orang yang ga terperhatikan sama kita (sebagian besar mungkin). Tapi ketika lo justru lahir dan besar dari orang-orang kecil itu, apa kemudian mereka pantas untuk diacuhkan?

Perlukah kemudian pihak kampus membentuk peraturan untuk harus menyapa dan tersenyum itu? bukannya itu dilahirkan ya? Lahir dari hati, bukan dibuat, betul ga sih? Gue mungkin sotoy, tapi gue rasa banyak temen-temen gue yang sesotoy itu, yang bisa asik-asikan, bisa belajar, bisa macem-macem lah.

Ketika keluar dari kampus, buat gue, mata kuliah yang 4 tahun atau lebih itu ga semuanya melekat di hati (boro-boro, otak aja palingan cuma dikit, bahahaha! :p)

Terus lo keluar dari kampus mau apa? bisa apa? bangga denganh hasil kerja keras selama ini dan bisa sok-sok-an menunjukkan IPK sekian (syukur kalo emang bisa bagus) lalu bisa dapat kerja di tempat bagus dengan gaji melimpah? dan kemudian kebiasaan untuk tidak menyapa dan tidak tersenyum itu dibawa sampai di dunia kerja- yang-katanya-hutan-belantara? tentu bisa. kalau bisa selamat bertahan di dunia yang katanya kaya hutan itu dengan segala sikap ketidakpedulian.

atau
ketika lo keluar dari kampus dengan nilai memuaskan (subjektif), sedih-sedihan berpisah sama penghuni kampus, pergi dari kampus diiringi dengan "aduuh, udah lulus aja?? perasaan baru masuk", "ga lanjut di sini aja neng?", "inget-inget bapaklah ya neeeng", "kapan main lagi ke sini", "semoga ilmu yang dipelajari bisa diterapkan dan berguna buat masyarakat ya", "bapak seneng banget berasa sama anak sendiri malah", "nanti Ibu bagi gosip sama siapa lagi mba?", dan blabliblu yang bikin mellow. Setelah perpisahan itu ada juga bekal yang dibawa keluar kampus selain pelajaran, yaitu doa-doa dari beliau-beliau itu supaya kita bisa sukseslah, bahagialah, dan doa-dao yang bikin makin mellow. Keluar kampus dengan hati yang sangat besar dan segera masuk ke dunia kerja yang-memang-kata-orang-kaya-hutan-belantara tapi dengan segala sikap bijaksana ditambah doa-doa tadi, somehow, kita bisaaa aja jalanin semua, dan ga lupa untuk mengulangi sikap untuk tidak tidak meyapa dan tidak tidak tersenyum ke lapisan manapun.

Di Alkitab dibillang 'apa yang kau tabur, itu yang kau tuai'
Kita yang dulu memilih untuk menjadi kita yang sekarang dan kita yang sekarang akan memilih menjadi kita yang nanti.
Hidup itu serangkaian pilihan. Dari hal kecil yang ga tampak seperti pilihan sampai hal besar yang membuat lo sampai harus tahajud.

Kehidupan adalah ketersalingan. take and give, istilah kerennya.
People have to believe in something. dan yang gue percaya adalah apa yang dibagi ga akan membuat gue rugi, malah akan semakin melimpah.

Dan, sebagai orang sotoy yang sok asik tapi mendapatkan keuntungan berlipat ganda, saran gue adalah:
Pilihlah untuk berbagi senyum dan sapa. bukankah itu didikan sejak kecil? Bahwa senyum dan sapa adalah ibadah, sebagai bentuk kecil dari hablumminannas yang disebut di Al-Quran?


:)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar