"anak itu harus dibesarkan seperti bermain layangan", kata mama. Begitu saja kalimat itu terucap dari mulut beliau, dan aku yang mendengar belum paham. Lama setelahnya, aku merenung. Boleh kubagi hasil renunganku pada kalian?
Menurutku;
Orang tua, memegang kendali penuh akan anaknya. Penuh yang tidak mengekang, penuh yang terkontrol, penuh yang membebaskan sekaligus mengontrol, dan penuh cinta kasih.
Pastikan senar layangan yang kuat, tarik (perhatikan arah angin) dan ulur (biarkan bebas di udara), kejar ia saat talinya ternyata putus, raih ia ke manapun tempat 'nyangsang' atau tersangkutnya.
Pastikan senar yang kuat berarti anak mendapatkan pendidikan moral yang kuat dari mereka. Dari mana datangnya? Agama dan budaya. Senar yang kuat akan membuatnya bertumbuh dengan berani. Berani akan kebenaran.
Tarik dan ulur menggambarkan kontrol dari orang tua kepada kita yang masih kanak.
Boleh kuceritakan sedikit tentang apa yang kupelajari dari tayangan "NatGeo Wild"? Ada 4 ekor anak itik yang baru saja menetas di atas pohon. Induknya menunggu di bawah, agar anak-anaknya berani turun ke bawah, ke tumpukan dedaunan di bawahnya. Satu persatu mereka memberanikan diri untuk jatuh. Ya, jatuh begitu saja, tanpa bimbingan. Sesampainya mereka berempat di darat, mereka harus mengikuti ke manapun induknya berjalan. Untuk apa? untuk belajar hidup di hutan. Ada banyak pemangsa di sana. Tujuan mereka adalah sungai yang jaraknya beberapa kilometer. Sang induk di depan dan anaknya di belakang.
Anak manusia bukan anak itik. Anak manusia tidak bisa 'terbang' tanpa bimbingan. Anak manusia tidak bisa 'bangun dari jatuh' tanpa bimbingan. Apalagi bertahan hidup di 'hutan' tanpa bimbingan. Maka orang tua manusia bukan indu itik. Orang tua manusia tidak bisa membiarkan anaknya terbang tanpa tujuan. Orang tua manusia tidak bisa membiarkan anaknya jatuh sendirian. Apalagi membiarkan anaknya bertahan hidup di hutan tanpa bimbingannya; orang tua manusia tidak melulu harus berjalan di depan anak-anaknya.
Begitulah orang tua seharusnya bisa memainkan layangannya. tarik dan ulur, membimbing sembari memperhatikan. Kita yang masih kanak, belum tau apa yang ada di luaran. Orang tua yang tahu. Orang tua yang harus menarik 'layangan' dari arah angin yang telalu kencang. Semakin tinggi terbangnya layangan, semakin kencang terpaan angin. Ada kalanya layangan perlu ditarik agar angin yang menerpa layangan tidak terlalu kencang sehingga rusak. Orang tua yang menarik anak dari hal-hal buruk yang tidak sesuai dengan nilai dan moral yang diberikan di rumah.
Orang tua juga yang harus memberanikan dirinya untuk mengulur anaknya untuk terbang lebih tinggi. Terbang lebih tinggi, melihat dunia dari sudut yang lebih luas. Melihat awan yang putih, burung-burung yang beterbangan, indahnya perkotaan di bawah sana. Anak, harus dibebaskan. Supaya tidak sempit padangannya akan dunia, tidak sekedar apa yang ia pelajari dari rumah tapi diberi juga kesempatan untuk belajar dari luar rumah. Supaya tidak memiliki pemikiran yang terkotak-kotak, hanya sebentuk rumah, tapi juga diberikan pandangan bahwa dunia ini bundar.
Belajar dari luar rumah juga merupakan tantangan bagi orang tua. Ya, banyak burung-burung berseliweran, pesawat kontrol dan juga layangan lain yang dikomandoi oleh orang lain. Mereka bisa membahayakan, sengaja atau tidak sengaja. Dan tiba-tiba saja tass!!!! putuslah senar yang kuat itu. layangan terombang-ambing, ikut ke mana pun arah angin, dan semakin jauh. Apalagi di zaman-yang-kata-orang-sepuh-sekarang-semakin-mengerikan, angin yang membawa bisa sangat kencang. Narkoba, seks bebas tanpa pengaman (jadi kalo pake pengaman boleh? :) ), kepopuleran sesaat, agresivitas, daaan banyak lagi lah yang bisa ditemuin kan ya?
Buku the Kite Runner yang sempat kubaca menggambarkan kegigihan anak-anak dalam sayembara mendapatkan layangan yang jatuh. Begitulah orang tua, harus mengejar saat senar layangan putus, bukan malah merelakan, memaki atau menyerah. Lelah saat mengejar? Entah harus sampai mana mengejar layangan itu? Ke mana layagngan itu pergi? Kejar. Apa yang didapat ketika layangan itu bisa sampai ke tangan pemiliknya kembali? Kembali ke Kite Runner, hadiahnya berlipat ganda sampai dipestakan. Demikian anak, yang kembali ke orang tuanya. Kebahagiaan.
Hal yang menguntungkan apabila layangan yang tertiup angin itu akhirnya bisa tergapai lagi dengan keadaan yang utuh. Bagaimana ternyata jika layangan yang putus itu berakhir rusak tersangkut di pepohonan? DIbiarkan saja karena ah sudah rusak, toh bisa beli yang baru? Atau malah merelakan diri untuk memanjat pohon dan menggunakan alat bantu untuk mengambil yang tersangkut itu?
Ke manapun jatuhnya si anak, orang tua harus berbesar hati mengangkatnya. Layangan yang sobek tidak bisa terbang lagi, tapi masih bisa diperbaiki, diberi senar lagi, dan diterbangkan lagi. Lelah? Lagi-lagi lelah dan memakan hati? Tapi, mungkin, memang harus sebesar itu hatinya.
Ini hanya renunganku mengenai menjadi orang tua yang membesarkan anaknya
:)
*
Peran orang tua kemudian sedikit berkurang (tapi tidak kemudian hilang) kepada anaknya.
Dari layangan yang kokoh dengan segala persiapannya, nantinya anak akan siap untuk menjadi sebuah teratai di perairan luas. Teratai, yang tampak besar dan megah di atas air, yang mampu mengikuti arus tanpa harus takut terhanyut karena teratai punya akar kuat di dasarnya. Sebesar apapun arusnya, karena akar yang tertanam sudah kokoh namun bisa bergerak fleksibel, maka teratai mempunyai kapasitas dan batasannya sendiri menghadapi arus.
Ini hanya renunganku mengenai menjadi seorang anak yang dibesarkan oleh orang tuanya.
:)
Mencerahkan banget nih Nabila, kata-kata tante mieke, "anak itu harus dibesarkan seperti bermain layangan". Bener banget, semoga saya juga bisa membesarkan anak dengan prinsip bermain layangan. Di titik kita memutuskan untuk punya anak, itu berarti di titik itu juga, kita harus siap untuk menaruh hati kita di luar diri kita, karena pusat hati kita adalah si anak, bukan diri sendiri lagi. Berat, tapi itulah hidup dan itulah hakekat menjadi orangtua. Kelak kalau Nabila jadi orangtua, inget terus nih prinsip main layangan ya!
BalasHapusuwo uwoo.. iya, ibu Rouliiii :D
BalasHapusamin amin, aku doain juga utk ka rouli sekeluarga ya kak, jadi setelah nanti si kecil J terbang dan besar, dia bisa ajak mama papanya terbang lebih tinggi :)
aminnnn!!! iyaaa, semoga inget, kalo ga inget, aku buka lagi deh blog ini. hihihi...