Senin, 01 Desember 2014

hilang rasa



Aku sadar, ketika aku menulis, aku akan kehilangan sesuatu. Sesuatu itu adalah rasa ketika aku menghayati apa yang kutulis. Tapi tak mengapa, kuanggap itu sebagai pengorbanan. Sebab nanti, ketika aku membacanya kembali, bahkan pada detik pertama usai kutuntaskan tulisan ini, rasa yang hampir sama akan muncul.

Seperti,

Rasanya menyapu satu sudut ruang berdebu yang dipenuhi pelangi tertutup awan. Ya, debu itu yang kita sapu. Ya, pelangi itu yang kemudian sama-sama kita lihat. Kamu mengajakku untuk melihat keindahan dalam diriku.

Rasanya menjadi ilmuwan cilik yang mengamati perkembangan kupu-kupu. Ya, kita setertarik itu. Lain orang bisa jadi tidak seperti itu. Dengan perlengkapan kaca pembesar, kita bertualang di kebun belakang. Menemukan telur di daun, berteriak-teriak kegirangan melihat ulat, diam dan bertanya-tanya melihat kepompong, serta bersorak gembira berlarian mengejar kupu-kupu. Terkadang kaca pembesar itu terarah pada masing-masing kita, sehingga mau tidak mau, terlihatlah yang tadinya tidak tampak.  Hingga pada akhirnya, kamu, tak sengaja mengajakku untuk berani melihat kebaruan dalam diriku. Bagaimana tidak berani? Tidak semua enak dipandang mata. Beberapa kali aku perlu memalingkan kepalaku atau sesekali menutup mataku atas apa yang kulihat. Ada yang menjijikkan seperti telur yang menggumpal, ada yang mengerikan seperti monster ulat bulu, ada yang mengerak seperti kepompong, ada yang cela seperti sayap kupu-kupu yang pernah kita rawat bersama. Kemudian aku ingat benar rasanya, ketika kamu mengajakku perlahan mengarahkan wajahku yang takut, ngeri serta penuh keraguan, untuk melihatnya. Untuk menghadapinya.  

Rasanya menembus hutan belantara, hutan labirin, dan segala perjalanan teka-teki. Terantuk, tersesat, terjebak. Bersama.

Rasanya menumpahkan impian dalam wujud nyata.

Rasanya membawamu dalam beberapa bagian cerita, tertulis oleh pena atau terekam dalam sukma.

Rasanya menuangkan imajinasi tanpa bertepi tanpa batas. Sama-sama liar kita, makanya lebih baik dilepas. Jiwa-jiwa yang tidak terikat toh nyatanya saling terikat.






Rasanya, menyayangimu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar