Beberapa hari yang lalu, begitu saja aku mengirimimu.
*
Kursi rotan yang sedikit reyot tidak lagi tampak tua, ia tampak
gagah dalam balutan bayang hitam. Pohon dengan dedaunannya yang tampak hijau
pucat itu memantulkan terang matahari sore. Begitulah dunia yang tertangkap
oleh lensa kamera. Tampak cukup indah.
Seperti yang sudah-sudah, kamu tahu ke mana tulisan ini akan
bermuara.
Keduanya sempurna menciptakan kamu.
Bagaimana kalau pada salah satu beberapa sore di minggu depan, kamu duduk di
kursi itu? Bukan kursi yang dengan desain yang megah, sudah kubilang tadi, ia
hanya kursi rotan tua. Tidak ada yang menarik dari kursi rotan tua. Selain
kemegahan ceritanya.
Konon katanya juga, siapa pun yang duduk di kursi itu, akan dengan senang hati menceritakan hari-hari yang telah berlalu, seburuk apapun hari-hari itu. Kamu harus coba duduk di situ, ya. Mungkin nanti akan terurai, cerita mungkin juga air mata. Tidak mengapa, aku sudah sediakan hati ini.
Konon katanya juga, siapa pun yang duduk di kursi itu, akan dengan senang hati menceritakan hari-hari yang telah berlalu, seburuk apapun hari-hari itu. Kamu harus coba duduk di situ, ya. Mungkin nanti akan terurai, cerita mungkin juga air mata. Tidak mengapa, aku sudah sediakan hati ini.
Kemarilah, dan duduklah.
Sekalian, akan kutunjukkan warna-warni dedaunan yang
tampaknya hanya hijau pucat itu. Keindahan yang tertangkap oleh mataku, ingin
kubagi langsung dengan matamu. Izinkan mataku berbicara.
Kemarilah, dan tataplah.
Awalnya, kedua itu saja yang ingin kubagi padamu pada suatu
sore nanti. Dua itu dengan teman-temannya...
Selain pohon warna-warni itu, akan kukenalkan juga kamu pada
palem yang mengering. Palem yang bertengger dengan bijaksana, di antara rimbun
hijau palem yang lebih muda. Di batang palem itu, tempat dulu kuceritakan
tentang penyelamatan seekor ngengat, kalau kamu ingat. Lalu, kita akan bersama
memutar cerita dan tawa.
Tidak jauh dari pohon palem itu, nanti kurangkul kamu untuk
menginjakkan kaki di teras yang bisa menembus cakrawala. Tempat yang bisa
membawaku ke manapun dalam diam, termasuk menjangkaumu.
Nanti, di sore itu, akan kubuatkan juga teh manis hangat.
Barangkali hujan turun lagi menemani kebersamaan kita. Barangkali hujan membawa
dingin yang menyegarkan, biar teh manis ini menyemarakkan rasa. Ah ya, aku
tidak punya kudapan nikmat, hanya tepung dan telur. Tapi mungkin bisa kita
sulap menjadi pancake bertabur sedikit gula dan sirup? Atau keju? Atau coklat?
Kemarilah, dan rasakanlah.
Mungkin nanti, akan ada beberapa ekor yang dengan manjanya
ikut bergabung di ruang ini. Tidak apa-apa ya? Persilakan saja mereka
menggelayutkan badannya di kaki-kaki kita. Aku atau kamu, tidak akan cemburu,
sebab sayang di antara kita, tidak berbatas kan?
Nanti, di beberapa banyaknya waktu yang saling kita bagi,
kita juga akan melayangkan lebih banyak peluk. Peluk yang sama, yang hangat dan
selalu teringat.
-sore yang terkirim- |
Kemarilah dan lengkapilah. Terima kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar