Ada satu orang dengan panahnya. Duduk dan terbaring. Menunggu:
Selesainya pekerjaan,
Sebuah hadir,
Matangnya masakan
yang terlalu terburu-buru,
Datangnya keterpisahan
sementara yang berujung pada pertemuan berikut,
Lelap yang damai
hingga terjaga,
Duduk yang dekat di
sebelah,
Sunyi yang membiarkan
dekap berbicara,
Dering telepon dan
nama tersayang di layar telepon,
Masuknya balasan
pesan,
Seulas cerita,
Waktu untuk bilang
sayang…
Tanpa sadar bahwa menunggu sudah
lebih dulu menggaungkan rasa dan mendapati gayung yang bersambut. Lewat senyum manis
yang begitu kental di sana. Senyum dari satu orang.
Satu orang yang sibuk
di balik tumpukan kertas berserakan, yang membutuhkan konsentrasi tingkat
tinggi, katanya.
Satu orang yang siap
sedia berdiri di tempat yang telah disepakati.
Satu orang yang
berdiri di sebelah kompor memerhatikan tanpa banyak ikut campur.
Satu orang yang merayakan
perpisahan sama hidupnya dengan pertemuan.
Satu orang yang
memejamkan mata dan percaya malamnya akan tenang hingga esok pagi menyapa.
Satu orang yang
menggeser dirinya beberapa sentimeter dan menjalarkan hangat.
Satu orang yang
berdiri kemudian melayangkan peluk sembari duduk, tanpa suara.
Satu orang yang
menjawab nada sambung kedua dengan suara lembut.
Satu orang yang juga
mengingini sela untuk bisa mengetikkan balasan untuk setiap pesan.
Satu orang yang
menjalani kesehariannya dengan sepenuh hati untuk nanti ia bagi ceritanya.
Satu orang dengan
hati yang telanjur terpanah.
*
Satu orang yang selalu menunggu tulisan-tulisanmu...apakah artinya ia telanjur terpanah?
BalasHapus