Minggu, 07 Juni 2015

melesat


Ada satu orang dengan panahnya. Duduk dan terbaring. Menunggu:

Selesainya pekerjaan,
Sebuah hadir,
Matangnya masakan yang terlalu terburu-buru,
Datangnya keterpisahan sementara yang berujung pada pertemuan berikut,
Lelap yang damai hingga terjaga,
Duduk yang dekat di sebelah,
Sunyi yang membiarkan dekap berbicara,
Dering telepon dan nama tersayang di layar telepon,
Masuknya balasan pesan,
Seulas cerita,

Waktu untuk bilang sayang…



Tanpa sadar bahwa menunggu sudah lebih dulu menggaungkan rasa dan mendapati gayung yang bersambut. Lewat senyum manis yang begitu kental di sana. Senyum dari satu orang. 



Satu orang yang sibuk di balik tumpukan kertas berserakan, yang membutuhkan konsentrasi tingkat tinggi, katanya.
Satu orang yang siap sedia berdiri di tempat yang telah disepakati.
Satu orang yang berdiri di sebelah kompor memerhatikan tanpa banyak ikut campur.
Satu orang yang merayakan perpisahan sama hidupnya dengan pertemuan.
Satu orang yang memejamkan mata dan percaya malamnya akan tenang hingga esok pagi menyapa.
Satu orang yang menggeser dirinya beberapa sentimeter dan menjalarkan hangat.
Satu orang yang berdiri kemudian melayangkan peluk sembari duduk, tanpa suara.
Satu orang yang menjawab nada sambung kedua dengan suara lembut.
Satu orang yang juga mengingini sela untuk bisa mengetikkan balasan untuk setiap pesan.
Satu orang yang menjalani kesehariannya dengan sepenuh hati untuk nanti ia bagi ceritanya.

Satu orang dengan hati yang telanjur terpanah.


*

1 komentar:

  1. Satu orang yang selalu menunggu tulisan-tulisanmu...apakah artinya ia telanjur terpanah?

    BalasHapus