Minggu, 31 Januari 2016

jendela bercerita


Artis-artis kaca berwarna sudah mulai bekerja sejak pagi, sejak sajakku masih menunggu mendidihnya telur kampung yang direbus.

Dibawanya kaca, timah  hitam, dan cahaya. Hati-hati. Sebab yang namanya kaca bisa retak ketika melihat dan mencerminkan keburukan. Sebab yang namanya timah hitam bisa menjelma debu yang mendadak hilang. Sebab yang namanya cahaya, bisa menjadi gelap ketika dipilih untuk dipandang dalam pejam.

Artis-artis kaca zaman sekarang tak punya bengkel; mereka punya toko serba ada. Artis-artis kaca zaman sekarang perlu berkaca pada pada artis-artis kaca zaman pertengahan: mencermati kehati-hatian mereka menenteng kaca, timah hitam, dan cahaya dalam satu genggaman. Harga sebuah karya seni dipatok sejak sebelum karya itu ada.

Kalau kapan-kapan kamu berkunjung ke katedral di dekat jalan raya –tempatku menolak perpisahan denganmu- ingatlah sebuah kisah ini:

“Bahwa sebelum jadi bangunan megah itu, dipersiapkan terlebih dulu kaca-kaca berwarna untuk jendela. Nantinya ia akan mewujud ornamen yang indah. Awalnya ia adalah sebuah bukan apa.

Oleh para artis kaca berwarna, disusunlah letak garis timah hitam dan warna dari potongan kaca yang akan dipakai. Para artis bekerja sesukanya: membuat lekuk dan membayangkan padanan warna yang acak. Para artis tak peduli apakah akan jadi indah atau apa kelak.

Potongan kaca lalu dilukis. Agar lekat, dipanaskan cat pada kaca.

Kemudian para artis bermain dengan imajinasinya. Imajinasi yang tertib. Imajinasi yang patuh pada rancangannya. Imajinasi yang tidak lari dari inti cerita yang hendak ia sampaikan.

Pada zaman dahulu, jendela adalah buku –kebalikan dengan zaman sekarang. Maka ketika para artis kaca berwarna bekerja, sebenarnya mereka sedang bercerita. Menceritakan seorang petani yang menyebarkan beraneka biji di beberapa macam kondisi tanah. Disusunnya potongan kaca merah sebagai baju petani, kaca biru sebagai celananya, kaca putih dan coklat sebagai ladangnya.

Beberapa artis kaca berwarna tidak mengerti soal agama dan ajarannya. Beberapa buta soal iman. Satu hal yang dimiliki oleh mereka adalah kebaikan. Itu saja. Sebab mereka takut akan kehilangan pekerjaanya. Satu saja keburukan mereka lakukan, retaklah kacanya, buyarlah ceritanya. Karena itulah, para artis kaca berwarna adalah manusia yang paling menyenangkan pada masanya.”


Kalau kapan-kapan kamu berdoa di dalam katedral yang sama, doakan aku. Untuk menjadi orang yang paling menyenangkanmu.


1 komentar:

  1. Aku mendoakanmu, di dalam, maupun di luar katedral

    BalasHapus