Aku diam-diam mencandu pemikiranmu. Jadi kalau aku sekarat,
hanya aku saja yang kesakitan dan merana. Tidak perlu kamu. Aku haus dalam hasrat.
Kalau saja bisa kulucuti semua isi kepalamu beserta isi hatimu. Karena keduanya
sungguh elok berpadu. Sedari dulu.
Kamu tahu bagaimana rasanya melayang? Kata teman-temanku,
semakin berat dosisnya, semakin tinggi melayangnya. Itulah yang kulakukan.
Membuka semuamu yang bisa kubuka dan kuhisap dan kusuntik dan aku ingin
menyerap semua tentangmu. Lalu semua terasa begitu ringan. Tidak semua
pemikiranmu bisa kupahami. Berliku malah tapi toh imajiku membimbingku. Tidak
semua perasaanmu dapat kutangkap. Tipis dan bening sekali tapi toh keangkuhan
merajaiku, merasa mampu merasakan aura. Lalu aku semakin tinggi membumbung. Entah
ke mana berharap sampai di tempatmu. Sampai dengan selamat dan disambut dengan
senyum bingungmu yang tak pernah berhenti bertanya, “mengapa mesti kamu?”
Hari ini entah sudah berapa frase kulalap dengan lahap. Membayangkan
mengaliri seluruh pembuluh darah di sekujur tubuhmu. Membayangkan bisa masuk ke
dalam kehidupanmu. Seutuhnya. Sebegini mengerikannya aku ketika aku mencinta
ternyata. Makanya aku diam-diam.
*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar