anggap saja waktu adalah sebuah sahabat terdekat, yang ingin selalu disayangi dan menyayangi, yang selalu ingin dekat tidak ingin pergi menjauh, yang tidak ingin disesali. maka isilah dengan penuh makna.
Senin, 27 Oktober 2014
day 23
Dari balik jendela yang tertutup itu, aku sibakkan korden merah mudanya. Lalu perlahan kudorong keluar dua pintu jendela. Hujan reda sekitar dua puluh menit yang lalu. Di luar sana, aku ragu siapa yang pertama kali menyapaku, antara matahari sore atau titik air di dedaunan yang rindang di sana.
Sore setelah hujan dua jam di siang hari. Matahari yang malu-malu tampak menggemaskan, kadang semakin menggoda. Pancarannya tidak semerona hari kemarin, lebih sendu. Belum sadar benar, mungkin, dia dari tidurnya. Selama dua jam tadi, awan hitam dan gerombolannya menguasai panggunggnya. Silakan saja.
Aku tetap di bangku penonton. Penonton setia setiap sore, tidak pernah absen. Bahkan ketika nyeri haid di hari pertama pun selalu kubuka daun jendela itu di sore hari. Bahkan ketika aku sedang tidak di kamar yang berdaun jendela selalu kubuka daun hatiku menyapa dia.
*
Untuk panggung soreku di setiap harinya. Terima kasih tidak pernah absen! ;)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar