Selasa, 28 Oktober 2014

day 24



Jangan salahkan aku kalau aku semakin mengagumimu. Pertama kalinya menjalani peran sebagai pengagum rahasia dari seseorang, ternyata rasanya bisa sebegininya. Satu sisi mungkin muluk karena berpikiran bahwa cinta tidak harus memiliki, namun di sisi lain merasakan bahwa cinta yang sedemikian besarnya sudah sangat mencukupiku, menghidupiku. Rasanya, masih ada trauma yang mendalam ketika mencintai lebih dari batasnya, meskipun katanya cinta tak mengenal batas.

Beginilah aku, selalu menatap setiap langkahmu dengan doa. Tenang, hanya doa yang bisa kukirimkan sebagai teror untukmu. Lain tidak. Bunga? Kamu tidak suka bunga dan romantisme yang kata orang picik dan kekanak-kanakan itu. Surat? Coklat? Lagu? Memang ada sedikit untukmu, tapi rasanya tidak usah kuberi. Persilakan aku untuk egois. Menikmati menuliskan tentangmu, dan tak membaginya dengan siapapun kecuali aku.

Aku tidak menuntut untuk dikasihani. Aku sudah mendapatkan cukup kasih dengan begini. Aku serba berkecukupan. Aku bukan pakar bermain api. Waktu itu, dengan sangat yakinnya aku merasa mampu menjaga api untuk tetap hangat, tidak membakar dan menghanguskan, tidak juga redup lalu padam. Toh akhirnya api yang kupunya terlampau besar, menghanguskan, lalu padam. Kurasa jalan yang baik adalah meredam laju apiku sendiri, menyalakannya di tempat lain yang lebih aman, dan tidak ada yang tersakiti.

Lari dan terus berlari.

Tulis dan terus menulis.

Menulis adalah pelarian.

Biar saja, biar tetap waras, walau tahu bahwa sudah melenceng dari garisan kewajaran.
Tetaplah menjadimu yang kukenal, meski kamu tidak mengenalku. Izinkan aku menikmati setiap senyum. Setiap buah pikir. Setiap rasa sayang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar