Jumat, 14 November 2014

bersahutan



Sekejap.

Seperti aku mengedipkan mata?


Seperti aku mengedipkan mata, sekejap kamu hilang.


Bagaimana aku bisa hilang, kalau aku sudah membangun istana di hatimu? Ah, mungkin kamu hanya melewatkanku sesaat.


Kamu benar. Melewatkan sesaat, serasa seabad.


Itulah mengapa aku tidak pernah bisa melewatkanmu. Aku tidak mampu menghitung berapa banyak perih yang kucicipi saat kau tak ada.


Adakah artinya, kita perlu menghitung perih, ketika jalinan kasih yang terajut mampu membalut luka sedalam samudera? Kamu, menyembuhkanku.


Kamu. Lagi-lagi kamu. Kamu yang selalu mampu mengangkatku ke tempat tertinggi. Mana mungkin aku menyembuhkanmu, sedangkan kamu adalah penawar dari segala derita. Aku hanya berjalan bersisian denganmu sebagai cermin. Akulah pantulan yang seakan dapat menyembuhkanmu.


Aku baru tahu. Inilah bersisian yang memaksaku untuk terus maju dalam asa, terkadang mundur dalam nostalgia, terus membumbung dalam cinta, dan senantiasa jatuh untuk terus belajar.


Layaknya perayaan cinta. Mungkin inilah awal dari segala perjalanan. Saat bersisian adalah langkah tepat untuk tetap bersama. Dengamu adalah proses mendewasakanku. Carilah tangku saat kau jatuh, karena saat itu aku mungkin lalai menjagamu. Tapi tak pernah ada yang salah. Seperti katamu, jatuh untuk terus belajar.


Perayaan cinta. Dan cinta ternyata bukan hanya sebatas perayaan. Lebih dari itu, cinta adalah perjalanan. Terima kasih untuk semua tangan yang pernah menjuntai, juga untuk setiap kaki yang tak letih menapak. 

*
Nice play, NEP! ;)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar