Burung timpa-menimpa saling memamerkan suara
merdunya pada sore hari.
Mataharinya lembut, dengan awannya berebut. Sama
pamernya dengan para burung.
Waktunya menyesap secangkir kopi panas atau teh
manis panas.
Angin yang beradu dengan kepulan asap dari
cangkirku.
Daun yang bergoyang-goyang seolah cemburu pada
asap yang disapa angin. Ia juga disayang oleh anginnya.
Belum lagi kalau kenangan dan nostalgia
meniupkan dirinya sendiri, menantang angin sore, maka habislah aku dalam tenang
dibelai keduanya.
Terlalu banyak tabrakan kejadian yang terjadi
pada suatu momen di sore hari. Yang setiap tabrakannya memungkinkan munculnya letupan
baru pada otak yang sederhana ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar