Senin, 04 Juni 2012

belajar menulis cinta

ah... waktu2 yang berjalan lamban seperti ini yang memaksaku dan hati dan pikirku berpacu tentangmu. satu jam berlalu, dan aku nyatanya masih setia menunggumu. menunggu hadir yang ditiupkan angin padaku. dengar2 angin jakarta cukup kencang? kapan kamu sampai? aku di titik2 ini saja, bergerak tapi di tempat. seperti hatiku padamu. sudah kuisi dengan bermacam namun kembali padamu. beranjak sedikit rupanya bus ini dan kudapati layar besar bertuliskan 'i love jakarta'. hahahaha tulisan terbodoh yg kubaca hari ini. andai aku tak bisa baca, rasanya lebih bersyukur. ya bagaimana tidak?? apa jakartanya yang salah atau isinya,entahlah. aku benci jakarta. aku cinta kamu. dari kejauhan, lampu mobil memadati. kalau kamu mau tau indahnya, biasa saja. jenuh. toh warnanya tetap sama, putih kekuningan atau merah. ya bagaimanalah mereka bisa menghiburku? apa tidak mungkin, diantara keramaian terang itu ada kamu? sahabat yang bisa mengilangkan jenuhku bahkan hanya dengan sorot matamu? mata yang kusayangi sejak sore itu. di bus itu. aku duduk di kursi ketiga dari belakang. sepertinya waktu itu kita duduk di urutan ini juga? atau aku salah, maaf, yang pasti aku ingat benar kita ada di sebelah kanan sini. kamu yang cantik, matahari sore yang cantik, langit yang cantik, bagaimanalah aku mengelak? bahkan alam sepertinya bicara padaku. dan begitulah, seperti yang telah kuakui padamu. getar itu masih terasa, bahkan sampai sore tadi. ada langit cantik, ada matahari cantik, dan ada yang kurang. tapi toh kenanganku tentangmu melengkapinya dan bagaimanalah aku menolak dari desir itu? bahkan sekarang, tidak ada lagi langit dan matahari yang cantik itu, tapi seperti aku meyakini bahwa kamu akan selalu untukku, maka begitulah adanya bahwa langit dan matahari cantik tetap ada di balik gelap dan tabur bintang. seperti tanpamu, malam akan hampa dan bintang akan pudar ketika langit dan matahari berhenti hadir. sayup2 penyiar mengisi telingaku. sudah pasti masuk sampai ke otakku karena aku mengerti apa yg dibicarakan mereka. aku tak paham dengan otakku, bagaimana mungkin dia masih bisa bekerja sementara kamu seolah memaksaku untuk berhenti berpikir tentang yang lain selain kamu? sebentar lagi katanya lagu dari james morrison 'you give me something' akan diputar. apakah ini alam yang bicara lagi atau aku yang lagi terlalu berlebihan, ah, mungkin aku saja yang sedang kegeeran. biar, dan aku biarkan laki2 itu menyanyikannya. dan aku biarkan kamu menari2 di pikiranku. masih tersendat di sini, sayang. semakin penuh jalanan dengan mobil. semakin penuh langit jakarta dengan polusi. semakin penuh hatiku dengan kamu. ah,padahal kalau dibandingkan dengan mobil yang sejuta,kamu cuma satu. tapi bagaimana mungkin kamu memenangkan atensiku dari beragam hal yang bisa kukritisi di saat seperti ini? terlintasku akan kondisi jalan jakarta yang menyebalkan akibat korupsi, atau kenaikan BBM, atau ah tepat sekali aku yang sekarang tepat di depan gedung para wakil rakyat, yang menjadi harapan yang sekedar harapan. banyak sungguh yang bisa kupikir, namun aku memilih untuk merenung tentang kamu. tentang pertemuanku denganmu. siapa yang tidak tahu daerah bernama Y? aku tidak peduli. di situ lah awalnya. awal dari sebuah janji yang dibuat di hati, yang takkan diingkari, demi waktu. awal dari sebuah kehangatan. awal dari keluarga, dari sahabat, dari saudara, dari cinta, dari anugerah. dan dari sanalah segala cerita mengalir tanpa pretensi. untuk apa jugalah ada itu, toh semua begitu tulus. ketulusan yang aku sendiri tidak paham maknanya tapi aku tahu rasanya. awal pertemuan itu, yang mengundang pertemuan2 berikutnya. pertemuan yang tidak menginginkan perpisahan. bagaimanapun manusiawilah, egosentrik. tapi tak mengapa, paling tidak itu menyadarkanku bahwa bukan dengan malaikat kita bertemu. dan ada lagi peristiwa yang mengurai air mata, menguak kejujuran dan sakit, mengungkap kebohongan dan sakit, menguliti realita dan sakit, membuka topeng dan sakit. aku semakin yakin bahwa kita masing2 bukan malaikat. kenyataan itu yang membuat semakin indah. perjalanan ini sepertinya masih akan lama mencapai tujuannya. masih sekitar sejam lagi waktu tempuhnya. ah, enaknya perjalanan ini, aku bisa mengira2 ujungnya, meskipun tidak pasti juga. tapi kisahku denganmu, berapa lama lagi waktuku? tenang, aku tidak akan membuatmu bersedih dengan mengingatkanmu tentang sebuah akhir, pun juga tidak akan membuat suasana mellow menyemarakkan hatimu. mungkin baiknya seperti saat ini kujalani kisahku. maksudku seperti aku yang mengisi hampir 2,5jam perjalananku ke rumah, dengan berkarya. kamu, menginspirasiku untuk tetap berjalan, apapun yang terjadi. dan dengan segala halang rintang yang pasti ada, demikian sebuah kepastian akan jalan. aku mengisi waktuku menulis dengan senyum, maka demikian aku akan menjalani kisahku denganmu bersama senyum. aku mengisi waktuku dengan kreasi, maka demikian aku akan menggoreskan cerita tentang perpaduan angan dan usaha. aku mengisi waktuku dengan berpikir dan merasa sekaligus maka demikian aku akan menggeluti kisahku bersama penghayatan. karena apapun akhir kisahku, akhir hanyalah sebuah pemuas dari setiap pembaca. aku tak ingin puas. aku tak bisa puas. maka aku tak akan lihat akhirnya. aku lihat detik di jam digital berganti dari 3 ke 4 dan sekarang sudah ke 5 bahkan 6. ah, detik, begitu cepatnya. rasanya baru sekilas lirikan saja. lirikan, lirikan, lirikan. tidak ada yang sedahsyat lirikanmu, sayang. kalau sekali lirikku berganti detik 3 kali maka sekali lirikmu itu selamanya. gila. ya, apalagi kedip nakalmu. selamanya, hidup dan matiku. lagi, mungkin aku berlebihan, tapi kamu memang melebihi muatanku, atau aku terlalu tolerir menyikapi kelebihan muatanku? semakin larut di perjalanan, sayang. tapi lucu, aku tidak tertidur sedikitpun di perjalanan kali ini. kantuk pun segan2 bertamu, entah sungkan menghadapi kamu yang ada di aku atau bagaimana. tapi semakin larut malah ada untungnya, jalanan semakin sepi. ah, tentang sepi, tentangmu, ada rahasia seru yang tersimpan rapi di hati masing2 ya? rahasia tentang kenakalan, keliaran, gairah dan gejolak. untuk ini juga, rasanya aku menolak untuk bergabung dengan nazi dan dicuci otakku. tidak. memoriku tentang kelembutan bercampur dengan keganasan tidak akan rela dibayar dengan apapun. tentang perjalanan bersama mengarungi neptunus dan jupiter, sungguh kedewasaan yang dibungkus dengan kanak2. semakin banyak rahasia yang terungkap dan tetap menjadi rahasia. yang terungkap lewat imajinasi dan yang menjadi rahasia lewat kata. ngomong2, ke mana bintang malam ini ya? aku jadi ingat pagi tadi yang mengantarkan keberangkatanku adalah tabur bintang, deru angin, dan pelengkapnya gumamam kamu sebangun pagi. lucu. aku kangen kamu, sayang. kangen manjamu, kangen dewasamu, kangen jahilmu, kangen tawamu, kangen ekspresimu, kangen setiap jengkalmu. kamu tahu, senang bisa menahan perasaan sehebat ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar