Sabtu, 08 November 2014

cuplikan




0
Setiap hari punya ceritanya sendiri. Garis besar kehidupan selalu sama, tentang kejutan dan kesaksian. Tugasku sangat mudah, tinggal terkejut-kejut, tinggal menyaksikan. Begitupun dengan hari ini. Kesaksian sebuah rangkaian paralel berbagai kehidupan dalam satu hari.

1
Ada bayang perempuan yang setia mendampingi lelakinya yang sakit. Lelakinya berdiri kokoh nyata, perempuannya menyertai beserta rapuh. Begitulah memang yang namanya bayang. Akan pudar, tapi tidak akan menghilang. Perempuan itu tidak pernah mengucap cinta pada lelakinya. Tetapi dengan menjadi bayangnya, yang ada di setiap langkah, begitulah perempuan merayakan cinta. Dengan menjadi bayang, ikrar bersama dalam suka dan duka menjadi semakin dalam. Bayang bukan pengecut. Ia tidak akan pernah lari. Bayang setia.  Dalam terang dan dalam gelap.

2
Selalu ada saja jiwa yang berontak dan meronta-ronta. Ingin bebas, jeritnya. Ironisnya, jiwa itu tidak paham benar dengan kebebasan. Berontak yang tak berotak, apa jadinya selain sia-sia. Akhirnya sibuk sendiri mencari-cari definisi, sibuk sendiri mencari-cari pembenaran, lalu merasa benar dengan definisi yang dicari-carinya itu. Entah kapan tiba waktunya, jiwa yang terlambat menyadari akan berpikir, bahwa ia baru saja melewati momen penemuannya. Tepat ketika ia menyibukkan diri mencari-cari.

3
Pintu ada untuk diketuk. Pilihan untuk membuka atau membiarkan tertutup ada padanya… Terkadang hujan rintik mengetuk menyapanya sembari lewat di depan rumahnya. Apalah rintik, toh air biasa. Tetapi tidak demikian dengan perempuan itu. Lihatlah, dari gerimis ia belajar tentang arti sebuah kunjungan. Maka perempuan itu membukanya, menyapa balik dengan sangat ramah…  Lain waktu ada lagi manusia lain mengetuk pintunya. Sekadar menyelipkan surat di bawah celah pintu, bahwa manusia tanpa terkecuali adalah manusia yang utuh. Usai mengetuk, belum sempat dipersilakan masuk, manusia itu sudah pergi. Maka dibawanya masuk pesan di depan pintu itu... Pernah juga ada cerita yang masuk tanpa mengetuk sopan melainkan menggedor keras. Begitulah kejutan kehidupan, selalu datang dengan cara yang tidak terduga. Awalnya takut untuk membuka pintu itu. Tapi dari setiap ketuk selalu ada maksud kedatangan yang dibawa. Akhirnya perempuan itu berusaha menerima si tamu lewat intipannya dari celah pintu. Menerka-nerka maksud kedatangan yang kali ini…

Lucunya, perempuan itu selalu memilih untuk membuka pintunya. Apa yang menjadikan perempuan itu kaya, adalah kesempatan. Perempuan beruntung itu pandai sekali memanfaatkan kekayaannya. Mengolah menjadi harta yang tak ternilai harganya. Harta yang jarang diperebutkan oleh orang-orang masa kini yang masa bodoh.

4
Biru keungu-unguan warnanya. Bukan, ini bukan warna bunga. Ini warna lebam. Dunia dengan warna juga ternyata tidak seindah itu.

5
Hidup akan menceritakan kisahnya pada kita, dengan caranya sendiri. Tanpa kita harus memaksa. Memaksakan diri dan memaksa orang lain. Diam dan dengar saja. Seperti mendengar detik jam yang terus berdetak, ia akan datang.

6
Setiap orang butuh pahlawan, meski pahlawan kesiangan sekalipun. Frasenya tetap diawali dengan pahlawan. Sayangnya, rasio permintaan pahlawan lebih banyak daripada pemenuhan sosok pahlawan. Karena setiap orang mengharapkan orang lain sebagai pahlawannya, orang lain mengharapkan orang lainnya lagi sebagai pahlawannya, dan seterusnya. Permintaan pahlawan melonjak drastis, kebutuhan yang tersedia minim. Kadang manusia menutup matanya sebelah, memandang hina kepahlawanan bagi dirinya sendiri. Lalu ia terinjak dan merasa butuh pahlawan yang lain. Lalu ketika pahlawannya tidak datang, ia memaki soal keadilan. Heran, berteriak-teriak menuntut keadilan sambil secara nyata berlaku tidak adil pada dirinya sendiri. Di mana integritas?

7
Ada yang termangu menatap meja, kosong, ketika ia duduk di kafe. Tidak semua hal yang menyakitkan perlu mendapatkan porsi untuk dirasakan. Kalau terlalu sakit dan berdampak pada kehancuran, lebih baik dianggap tiada. Entah, mungkin perpaduan pahit dan asam memang membuat mati rasa. Maka perempuan itu diam dan berbisik bukan pada sahabatnya melainkan meja kosong,. Tentang kekosongannya yang akan ia isi dengan bibit kebaikan, sebelum kembali lagi pada kekosongan. Lagipula, kehidupan bukan perkara siapa yang menuai kebaikan paling banyak. Kehidupan perkara peninggalan jejak dan penanaman bibit.

8
Hadiah kecil itu diterima dengan gelak tawa yang renyah. Sebuah wafer renyah tanpa harga karena cuma-cuma. Cuma, ada satu hal yang menjadikannya berharga. Memberi adalah bagian dari kehidupan. 

9
Perempuan tua yang kesakitan tersenyum melihat putrinya ada di ruang teras rumah terapi. Putrinya selalu menjadi kejutan kecil baginya, sejak dulu. Sejak perempuan tua dinyatakan hamil, sejak perempuan tua dirujuk untuk melahirkan lewat operasi, dan sejak-sejak yang lain. Sama seperti yang sudah-sudah, sakitnya siang ini mendadak lenyap. Hanya karena melihat putrinya ada di ruang teras rumah terapi. Menyambut, memeluk, dan mencium pipinya.

0
Inilah rangkaian kejutan yang sayang untuk dilewatkan. Inilah rangkaian kejutan yang memanggil untuk disaksikan. Mari duduk bersamaku. Terkadang kita akan jalan sedikit. Sesekali melompat dan seringkali akan bergulingan. Setiap hari punya ceritanya sendiri. Kita buat versi kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar