1
Stasiun masih sepi
Sama sepinya dengan hati yang menanti
Di mana rangkaian yang kutunggu
Baik kereta maupun kata sepertinya masih membatu
Karena kamu belum muncul
2
Matahari pagi belum tampak
Masih enggan dari tempat tidurnya beranjak
Gelap sekitar
Gelap yang tidak menerima tawar-menawar
Persis dengan rindu
3
Kamu dan rindu selalu berkolaborasi menggodaku
Mengetikkan huruf per huruf tanpa titik
Sembarang dan acak biar saja, toh rindu tidak pernah punya cara
yang baku
4
Belum datang sang kamu, malah datang gerimis
Gerimis pagi dan peron juga bau tanah wangi
Nikmat sesap yang bisa kuhirup
Apa jadinya ketika stasiun dan gerimis menyatu?
Kamu yang tersenyum dan kamu yang manis
Di bayang ini
5
Ada malaikat yang meluruh sayapnya
Ada manusia yang meluruh dukanya
Tepat ketika bayang yang terkenang jelas di ingatan muncul
di hadapan
Tepat pukul lima tiga puluh
Pertemuan yang akan menuai rindu kembali
6
Gelak dan lirik nakal memenuhi rangkaian
Hari, kereta, dan kata
Keduanya kita saling jatuh cinta
Tapi memang lebih baik tak terkatakan lewat bibir saat ini
Ada waktunya bibir kita saling berkata dan berpagut
7
Masih gerimis di luar
Titiknya menabrak kaca jendela kereta
Banyak manusia abai karena kekhawatiran akan hujan yang
lebih liar
Tidak dengan kita, yang barangkali bisa lebih liar daripada
hujan,
Mengungkit filosofi tentang butir air
Jauh sekali dari kecemasan meski sambaran petir beberapa
kali mulai menyapa
Begitulah kita dengan dunia kita
8
Lewat sudah enam stasiun
Kita belum juga turun
Masih berdiri di posisi yang sama
Masih berdiri untuk rasa yang sama
9
Tiba di peron tujuan sisa hujan
Yang basah kuyup dan penuh daun di atasnya
Kita tidak perlu berlari seperti mereka
Sebab apa lagi yang kita kejar?
Aku sudah memilikimu, sama denganmu.
Berjalan beriringan menahan ingin untuk bergandengan
Disaksikan oleh kereta jalur dua yang setia bergandengan
*
Teruntuk: kamu yang ada sejak awal hari, sejak mengenalmu, sejak menginginkanmu, sejak dulu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar