1
Kupikir tadinya taman belakang di rumahku adalah taman
terbesar yang pernah dimiliki oleh dunia
Sebelum akhirnya hati mengajak seluruh indera untuk menjadi
saksi keluasan taman yang lain, yang pernah dimiliki oleh dunia
Tamannya lebih besar dibandingkan taman di rumahku
Cukup besar hingga bisa menampung sebuah savana, sebuah pantai,
sebuah laut, sebuah taman bakau, sebuah penangkaran banteng, sebuah gunung yang
kokoh, beberapa rumah bagi manusia dan rekannya sesama mahkluk
2
Lima belas ribu rupiah untuk puluhan ribu hektar
dengan puluhan ribu spesies yang bebasnya bertahan hidup di
sini
Menara pandang yang kokoh berdiri,
Bukan untuk menonjolkan dirinya dengan ketinggiannya
melainkan untuk membukakan mata menyapa cakrawala yang tak berbatas
3
Hanya ada satu jalan utama, yang diutamakan bagi manusia
Entah ada berapa jalan kalau setiap penghuni taman meminta
jatah untuk diutamakan,
Mungkin akan bertabrakan antara jalan mobil dengan jalan
kerbau, atau berselisih jalan antara kera dengan jalan merak
Untungnya itu hanya terjadi dalam imajinasiku dan
keseluruhan kehidupan taman berjalan dengan damainya tanpa menunut keutamaan
4
Sejak awal aku percaya bahwa taman itu adalah surga
Sebab aku selalu percaya surga adalah tempat di mana
kupu-kupu berkeliaran beterbangan bertabrakan
Dan di sana, ada satu sudut kelam oleh rimbun,
yang menyimpan jutaan kepak kecil nan cantik berwarna-warni
5
Padang rumput luas membentang mengajak hati agar lebih
lapang
Serahkan dan tumpuk saja semua kegundahan, kebahagiaan,
ketakutan, apapun yang bisa kamu namai, di sana
Di sudut manapun yang bisa bebas kami pilih
Lalu kami berlari bergulingan dan berloncatan
6
Satu pohon yang menjadi ikon taman tidak pernah menyadari
bahwa dirinya adalah sebuah ikon
-memang hanya manusia yang membutuhkan suatu pengakuan-
berdiri kokoh menghadirkan kelembutan
Mempersilakan dirinya dipanjati, digantungi, disenderi,
dipandangi, dikagumi, dan diresapi
7
“Berlariku ke hutan kemudian ke pantai”
Lepas kami dari jeratan para hijau yang memukau,
terperangkap kami dalam balutan pasir yang menghisap kesadaran
Kali pertama kami disapa air laut
Kegirangan setengah mati
8
Potongan setiap adegan masih terbayang jelas:
Duduk bersendagurau dengan kawan, duduk bercengkrama dengan
alam, bergelayutan di pohon bakau raksasa, duduk mengayuh kano dengan bayangan
risiko terjatuh tanpa perlu mengaduh, merebah melepas lelah dibelai angin tepi
pantai
Usaha-usaha pengabadian momen, yang mungkin tidak abadi,
tetap dilakukan
Karena ada banyak rasa yang berhasil tertangkap dari satu
momennya
9
Sekawanan kerbau hutan keluar mencari makan siang
Sekawanan rusa duduk bersantai sambil waspada
Sekawanan kera mengamati gaya hidup manusia
Sekawanan manusia belajar berkawan dengan membagi letih
dengan air putih
10
Deretan bukit dari Gunung Baluran dan langit sore berebut
ingin menjadi latar dari tempat berdiri kami
Savana sore hari yang mistis terus menemani
Seakan berencana menutup petualangan di taman nasional dengan manis
Hingga kami kembali di titik awal dengan pemenuhan diri yang
berbeda, sebagai bonus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar