sekarang terang, tapi aku tidak mau mempersembahkan suratku untuk yang menerangi sekarang. biar nanti saja kupersembahkan untuknya lain waktu.
sekarang tenang, tapi aku juga tidak ingin memberinya suratku. mungkin lain waktu.
*
aku merasa aku dekat denganmu. aku bisa merasakan aromamu, aku bisa memprediksi kehadiranmu, aku bisa berdialog denganmu (entah untuk semakin besar atau mereda), aku bisa memilikimu.
cuma kamu yang tidak ge-er ketika membaca suratku ini, yaa aku yakin, karena aku belajar rendah hati darimu. bahwa setiap yang datang akan pergi, juga yang pergi nantinya kembali atau terganti. tidak perlu muluk dan ngotot, mengalir turun dengan deras atau lembut, atau menaik menguap.
kesederhanaan itu.
cuma kamu yang akan menerima suratku dengan kalem, karena aku pun belajar jujur darimu. untuk senantiasa tumpah saat tak terbendung dan menunggu saat kosong. bahwa menerima, ikhlas, itu indah.
keelokan itu.
entah berapa episode ya, cerita kita? ah, kamu mana tau, aku yang selalu menghitung. entah berapa kali asaku untuk menahan orang yang kusayang tetap di sisiku dan kamu tidak berhenti untukku. juga sudah berapa kali saatku enggan dengan orang yang tidak kusayang dan kamupun pergi untukku.
hahahaha, aku selalu tertawa saat kamu berhasil.
dan terima kasih banyak.
berarti bukan buat gue.. soalnya gue langsung GR pas baca.. ah! dem!
BalasHapus