Jauh sebelum kamu pergi ke
daratan lain di ujung dunia, aku dan kamu berjanji dalam sebuah ikatan yang
tidak akan pernah terputus. Memang kita bukan Tuhan, tapi kita bisa
semena-mena. Selalu seperti itu, dari kecil. Merasa paling memiliki dunia
dengan keasyikannya sendiri, hingga pernah juga terpuruk ketika menyadari
kehidupan tidak semenyenangkan itu. Bermain bersama, tidak pernah terbayangkan
olehku kita akan belajar bersama. Dulu belum kudapatkan insight bahwa melalui
bermain kita belajar. Dan semakin sering kita bermain, sepeda, sepak bola,
masak-masakan, pedagang pembeli, tak kusadari juga bahwa aku belajar menghargai
dan menyayangimu.
Entah dari mana, satu guratan
kemudian menyatukan garis masing-masing kita yang sempat berjauhan selama
bertahun. Semakin bertambah usia, bertambah juga pengalaman bersamamu, semakin
mengenalmu. Cara belajarmu, cara berceritamu, cara bersikapmu, kuperhatikan. Ada
yang berbeda secara jelas. Tapi yang tampak sama pun juga ada yang sama
jelasnya. Satu dari sekian banyak yang kuingat, kita sama-sama ditempat untuk
mendewasa.
Ada yang bilang, bahwa menjadi
dewasa itu banyak jalannya, dan akan berbeda setiap orangnya. Tapi lucunya, ada
pola yang sama antara aku dan kamu. Dan itu yang semakin mendekatkan kita
secara emosional. Keluarga, pilihan, dan
kejiwaan diri sendiri, itulah besarannya. Printilannya memang tidak mungkin
sama, tapi untuk situasi bisa dikatakan kita serupa.
Sekarang, sudah jauh kamu di
sana, dan aku tetap di sini. Menjalani pilihan, menjalani keluarga dan menjadi
diri sendiri. sudahkah?
Sedang dalam proses. Kita akan
terus ditempa, kita akan terus membentuk.
Persis dengan janji kita di atas
kereta rel listrik malam itu, “kita selalu bareng ya :)”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar