draft
Petualangan mencari harta karun
di dalam sebuah rumah tua.
Tokoh utama:
-
Gue
- Pak jul, guru matematika yang gue benci banget
pas jaman SMP. Dia sebagai saingan gue dalam mendapat harta itu. banyak sekali
mengajarkan gue ttg semangat dalam mencapai
goal yang ada di hadapan, utk ga menyerah, berwawasan luas dan berpikir kreatif
utk selama menempuh perjalanan. Dulu, di mimpi gue yang dulu, yang berjenis
sama petualangan, dia juga muncul sebagai orang rese tapi selalu ‘menampar’ gue.
- Gisa, temen kuliah gue. Dia sebagai orang lain
selain gue yang gue percaya dalam pencarian harta itu. dia nantinya membantu
menemukan kunci dari misteri yang kita hadapi bersama.
-
Agihta ,temen SD gue. Dia sebagai pemegang kunci
dari insight perjalanan petualangan gue.
-
Dhea, temen kuliah gue. Dia sebagai panitia dari
petualangan gue, yang memberikan clue2 utk pencapaian harta itu.
- Mas Ewa, dosen gue. Sebagai orang lain dalam cerita
petualangan yang terjebak oleh permainan panitia.
Setting:
- Di sebuah rumah lama, diperkirakan sebagai rumah
temannya Kuti (nenek gue yang paling gue sayang)
Alur:
Berkumpul di sebuah ruangan,
dengan kira2 peserta 50 orang. Ada semacam briefing dari panitia, tapi gue ga
dengarkan.
Perjalanan yang sulit dan berat
utk mencapai ke loteng dari bangunan itu, perlu loncat dari satu batu ke batu
lain, manjat, jalan di dinding yang pijakannya kecil, sempat ga percaya diri
merasa ga mampu tapi terus mengabaikan perasaan ga mampu itu dan berhasil
mengumpulkan keprecayaan diri. Lalu ada jalan buntu rahasia yang perlu sentuhan
kecil agar terbuka. Pak jul datang dengan gayanya yang tengil mencemooh tapi juga
membantu gue menemukan jalan rahasia itu. katanya “terang itu membawa kita”
Sampai di loteng, sementara
peserta lain baru mulai manjat ke atas.
Loteng yang remang-remang. Di sinilah
lokasi pencarian hartanya.
Mulai mencari, berpisah dgn pak
jul.
Lama mencari, teman2 lain sudah
datang dan semakin banyak pesaing yang berusaha mencari kode2 terselubung.
Melihat gisca datang dan
memberikan kode bahwa dia menemukan petunjuk. Dengan kontak mata, aku berusaha
mengkomunikasikannya pada gisca agar dia medndekatiku membawa petunjuk itu. Petunjukny
ada di panjangan Kristal, ada guratan yang ga terbaca. Terpikir olehku utk
membacanya dgn bantuan sinar matahari yang masuk lewat jendela di sebuah
ruangan lain yang sepi dari para pesaing. Pesan dari panitia. Tulisannya: “cahaya. semua
cahaya. ohya pastikan argihta teman kalian berhasil sampai ke loteng, karena
dia membawa minyak angin di kantungnya yang bermanfaat utk menangkap jin. Dhea”
Segera lari ke pintu loteng dan melihat
gihta baru saja jalan, pesaing terakhir yang memanjat. Lama dan perlahan sekali
dia menempuh perjalanan ke loteng. Sambil menunggu aku mencari2 petunjuk lain.
Bersama pak jul, sempat tertipu
dengan sandi morse yang terpajang secara samar di sebuah pajangan bamboo.
Kembali ke pintu loteng,
memastikan bahwa gihta akan datang, tapi dia tertatih dan hampir terjatuh. Ku teriaki
agar dia sadar bangun dan semangat.
Akhirnya gihta sampai ke ujung
loteng dengan sekarat. Rupanya dia sakit. Segera kutanyakan ttg minyaknya, dia
berikan. Dan ada satu surat yang ia berikan, tulisannya, tapi tak begitu
terbaca, intinya “aku senang bisa berkontribusi dalam pencarian harta ini. Smoga
berhasil.” Lalu dia mati.
Mas Ewa sempat tertipu dengan
trik dari panitia pelaksanaan. Dia menemukan sebuah ruangan rahasia setelah
menekan satu bata. Segera dikelilingi oleh peserta lain dan dari dalam ruangan
itu muncul seorang bapak yang menanyakan beberapa pertanyaan. Mas ewa seperti
agak gentar menjawabnya. siapa yang pertama kali menemukan ruangan ini? Mas ewa
menjawab. Lalu ditanya, anda remaja atau dewasa? Karena hanya orang dewasa yang
bisa memasuki ruangan ini. Dia jawab dewasa dan dipersilakan masuk, tapi hanya
dia seorang yang boleh masuk. Setelah mas ewa masuk, bapak itu bilang “psikolog
tidak boleh seperti itu. tidak boleh takut dengan apapun yang akan dihadapninya”
(pesan yang masih absurd buat gue sampai detik ini, haha). Ga beberapa kemudian
mas ewa muncul dari pintu lain dan bilang kalau tidak ada apa2 di dalam ruangan
itu dan pergi melangkah begitu saja. Tapi gue sempat melihat ke lantai atas ada
sosok dia jalan ke arah lain. Aku gak yakin mana mas ewa yang asli dan mana yang
hantu. Lalu dia menghilang.
Tiba2 gue teringat pak jul dengan
terangnya dan Dhea dengan cahayanya, gue mendapat aha bahwa gue harus mengambil
foto dengan lensa kamera yang dioleskan minyak angin dari gihta, dengan blitz. Foto
seluruh peserta di ruangan yang penuh dengan foto para leluhur di rumah itu.
akhirnya gue berusaha mengumpulkan para peserta. Hasil fotonya ada para jin
dari dunia lain yang sama sekali tidak tampak mengerikan, bahkan sangat
bersahabat, merangkul para peserta, dan peserta yang tadinya bertampang biasa
saja, ketika di foto hasilnya mereka tersenyum ramah.
Ada pesan tersembunyi dari
pemiliki rumah. Katanya selama ini banyak sekali orang berbondong2 mencari
harta karunnya. Harta yang berupa benda berharga dari rumah ini. Tapi tidak
mereka temukan. Akibatnya, ada yang pulang begitu saja, ada juga yang menjadi
korban kehausan materi duniawi. Baru kutahu yang ini kalau mas Ewa adalah salah
satu korbannya. Dia jatuh dari loteng.
Baru sekarang misteri rumah ini
terpecahkan. Pemilikinya hanya ingin tidak ada lagi orang2 yang mengganggu
peristirahatan mereka dengan memberikan pelajaran pada orang2 yang mencarinya. Bahwa
ada 3 opsi dari sebuah perjalanan: menyerah, terlalu ambisius, atau peka serta
berhati2 dalam melakukan perjalanan. Sudah banyak orang yang menyerah dan
ambisius. Baru kali ini ada peserta yang berhasil mengungkapkan keinginan
pemiliknya. Orang itu adalah gue, didukung dengan teman2 seperti gisca dan
argihta. Orang yang peka dan berhati2 akan bisa menjadi penyatu bagi orang
lain. Seperti gue yang memfoto para peserta menyadarkan mereka bahwa mereka
bukan lagi saingan, tapi keluarga.
Kalau mereka mau saling bekerja
sama, misteri ini akan terpecahkan sejak lama. Ternyata banyak orang yang menemukan
petunjuk2 tapi karena tidak mau saling mengenal dan saling curiga dengan label “pesaing”
serta adanya keinginan yang besar utk memiliki seutuhnya harta karun yang
diiming2in utk dirinya sendiri saja, adanya petunjuk yang mereka dapatkan
mereka berusaha pecahkan sendiri.
*
Tiba-tiba gue terbangun. Dan segera
menuliskan cerita ini dengan insight harta karunnya bukan materi, tapi teman,
keluarga dan kepercayaan baik kepada diri sendiri maupun orang lain.
What a dream.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar