Minggu, 09 Juni 2013

mencandu



Beberapa hal yang memabukkan itu menyenangkan. Disequilibrium itu memabukkan.  Disequilibrium itu menyenangkan. HAHAHA, orang gila! 

Tapi memang iya, itu sih yang menyebabkan manusia tidak berhenti belajar. Sejatinya, belajar itu sama adiktifnya dengan zat lain. Ada beberapa orang yang kecanduan narkoba, zat adiktif lainnya, ada juga yang mencandu zat bernama Tuhan dalam hidupnya, sebagiannya lagi kecanduan belajar. Sudah, biar saja, tidak perlu kita ributkan masing-masing kelompok itu. Toh mereka bahagia dengan pilihan masing-masing. Aku belum pernah mencicipi narkoba, dan belum sampai pada titik mencandu Tuhan. Mungkin aku termasuk golongan yang ketiga. Bukan menyebut diri sebagai kaum intelek, karena aku juga tidak pintar. Semakin belajar, kok aku malah merasa semakin bodoh ya?

Setiap kali belajar, pasti bingung. Setiap kali bingung, belum tentu belajar. Nah lho. Bagaimana mungkin aku mencap diriku sebagai orang pintar. Alih-alih lebih suka mencap diri sebagai orang yang suka bingung, makanya mesti belajar. Harapannya adalah setelah belajar semoga kebingungan yang dirasa akan berkurang. Nyatanya, malah semakin bingung. Ah, si pembingung ini memang…

Satu hal yang menyenangkan dari membingungkan adalah perasaan deg-degan ketika bertemu dengan suatu hal yang sebelumnya belum pernah dialami meski sudah pernah diketahui. Dan kehidupan, dengan setiap kejutannya selalu berhasil membuatku bingung, lalu deg-degan. Ya, apa yang mungkin sudah kukutahui, terkadang begitu berbedanya dengan yang sejatinya ada dan terjadi. Terbolak-balik, naik-turun, kiri-kanan, ah jadi lah aku yang bingung.

Mungkin kalau boleh kuanalogikan, belajar menurutku seperti rolllercoaster. Sudah begitunya membuat mual dengan track yang dibuat sedemikian rupa ‘asalnya’ oleh si pencipta permainan itu, plus kecepatan naik turunnya yang membuat terkadang jantungku lebih dulu atau kadang tertinggal di belakang ragaku, plus juga dengan konsekuensi pingsan atau bahkan mati. Tapi aku mendapati keseruan di sana. Maka ketika sudah selesai satu putaran, aku memilih untuk beristirahat sejenak dan mengantri lagi. Pada putaran kedua, meskipun aku sudah punya pengalaman sebelumnya, tahu kapan akan naik, turun, belok kanan, berputar, pengetahuanku itu tidak berguna sama sekali. Lagi, aku tetap terguncang, tetap berteriak, tetap ketakutan, tetap seru sendiri. Aneh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar