Beberapa hal yang memabukkan itu
menyenangkan. Disequilibrium itu memabukkan.
Disequilibrium itu menyenangkan. HAHAHA, orang gila!
Tapi memang iya, itu sih yang
menyebabkan manusia tidak berhenti belajar. Sejatinya, belajar itu sama
adiktifnya dengan zat lain. Ada beberapa orang yang kecanduan narkoba, zat
adiktif lainnya, ada juga yang mencandu zat bernama Tuhan dalam hidupnya,
sebagiannya lagi kecanduan belajar. Sudah, biar saja, tidak perlu kita ributkan
masing-masing kelompok itu. Toh mereka bahagia dengan pilihan masing-masing.
Aku belum pernah mencicipi narkoba, dan belum sampai pada titik mencandu Tuhan.
Mungkin aku termasuk golongan yang ketiga. Bukan menyebut diri sebagai kaum
intelek, karena aku juga tidak pintar. Semakin belajar, kok aku malah merasa semakin bodoh ya?
Setiap kali belajar, pasti
bingung. Setiap kali bingung, belum tentu belajar. Nah lho. Bagaimana mungkin
aku mencap diriku sebagai orang pintar. Alih-alih lebih suka mencap diri
sebagai orang yang suka bingung, makanya mesti belajar. Harapannya adalah
setelah belajar semoga kebingungan yang dirasa akan berkurang. Nyatanya, malah
semakin bingung. Ah, si pembingung ini memang…
Satu hal yang menyenangkan dari
membingungkan adalah perasaan deg-degan ketika bertemu dengan suatu hal yang
sebelumnya belum pernah dialami meski sudah pernah diketahui. Dan kehidupan,
dengan setiap kejutannya selalu berhasil membuatku bingung, lalu deg-degan. Ya,
apa yang mungkin sudah kukutahui, terkadang begitu berbedanya dengan yang
sejatinya ada dan terjadi. Terbolak-balik, naik-turun, kiri-kanan, ah jadi lah
aku yang bingung.
Mungkin kalau boleh kuanalogikan,
belajar menurutku seperti rolllercoaster. Sudah begitunya membuat mual dengan
track yang dibuat sedemikian rupa ‘asalnya’ oleh si pencipta permainan itu,
plus kecepatan naik turunnya yang membuat terkadang jantungku lebih dulu atau
kadang tertinggal di belakang ragaku, plus juga dengan konsekuensi pingsan atau
bahkan mati. Tapi aku mendapati keseruan di sana. Maka ketika sudah selesai
satu putaran, aku memilih untuk beristirahat sejenak dan mengantri lagi. Pada
putaran kedua, meskipun aku sudah punya pengalaman sebelumnya, tahu kapan akan
naik, turun, belok kanan, berputar, pengetahuanku itu tidak berguna sama
sekali. Lagi, aku tetap terguncang, tetap berteriak, tetap ketakutan, tetap
seru sendiri. Aneh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar