Artis-artis
kaca berwarna sudah mulai bekerja sejak pagi, sejak sajakku masih menunggu
mendidihnya telur kampung yang direbus.
Dibawanya
kaca, timah hitam, dan cahaya.
Hati-hati. Sebab yang namanya kaca bisa retak ketika melihat dan mencerminkan
keburukan. Sebab yang namanya timah hitam bisa menjelma debu yang mendadak
hilang. Sebab yang namanya cahaya, bisa menjadi gelap ketika dipilih untuk dipandang
dalam pejam.
Artis-artis
kaca zaman sekarang tak punya bengkel; mereka punya toko serba ada. Artis-artis
kaca zaman sekarang perlu berkaca pada pada artis-artis kaca zaman pertengahan:
mencermati kehati-hatian mereka menenteng kaca, timah hitam, dan cahaya dalam
satu genggaman. Harga sebuah karya seni dipatok sejak sebelum karya itu ada.
Kalau
kapan-kapan kamu berkunjung ke katedral di dekat jalan raya –tempatku menolak
perpisahan denganmu- ingatlah sebuah kisah ini:
“Bahwa
sebelum jadi bangunan megah itu, dipersiapkan terlebih dulu kaca-kaca berwarna
untuk jendela. Nantinya ia akan mewujud ornamen yang indah. Awalnya ia adalah
sebuah bukan apa.
Oleh
para artis kaca berwarna, disusunlah letak garis timah hitam dan warna dari
potongan kaca yang akan dipakai. Para artis bekerja sesukanya: membuat lekuk
dan membayangkan padanan warna yang acak. Para artis tak peduli apakah akan
jadi indah atau apa kelak.
Potongan
kaca lalu dilukis. Agar lekat, dipanaskan cat pada kaca.
Kemudian
para artis bermain dengan imajinasinya. Imajinasi yang tertib. Imajinasi yang
patuh pada rancangannya. Imajinasi yang tidak lari dari inti cerita yang hendak
ia sampaikan.
Pada
zaman dahulu, jendela adalah buku –kebalikan dengan zaman sekarang. Maka ketika
para artis kaca berwarna bekerja, sebenarnya mereka sedang bercerita.
Menceritakan seorang petani yang menyebarkan beraneka biji di beberapa macam
kondisi tanah. Disusunnya potongan kaca merah sebagai baju petani, kaca biru
sebagai celananya, kaca putih dan coklat sebagai ladangnya.
Beberapa
artis kaca berwarna tidak mengerti soal agama dan ajarannya. Beberapa buta soal
iman. Satu hal yang dimiliki oleh mereka adalah kebaikan. Itu saja. Sebab
mereka takut akan kehilangan pekerjaanya. Satu saja keburukan mereka lakukan,
retaklah kacanya, buyarlah ceritanya. Karena itulah, para artis kaca berwarna
adalah manusia yang paling menyenangkan pada masanya.”
Kalau
kapan-kapan kamu berdoa di dalam katedral yang sama, doakan aku. Untuk menjadi
orang yang paling menyenangkanmu.
Aku mendoakanmu, di dalam, maupun di luar katedral
BalasHapus