Aku terkejut. Lebih karena kamu yang datang tiba-tiba tanpa
assalamualaikum dan basa-basi lainnya. Ck, ditambah lagi kamu yang melenggang
dengan polosnya memasuki gerbangku. Baru kemudian aku dapat memperhatikanmu,
jauh setelah kamu semakin dalam melangkah ke dalamku.
Oh Tuhan, wajah apakah itu, demikian lembutnya, sungguh
tanpa cela dan noda. Apalagi matamu, sorot yang dipancarkannya, demi tuhan
hatiku yang terlalu lama mendingin meluber. Dan hidung mancung itu, bagaimana rasanya
bila kusentuh jemariku di ujungnya? Buatku, kamu sempurna. Sungguh kah
demikian?
Kamu rapuh, sayang. Kamu begitu kecilnya. Bahkan mungkin
saja desah nafasku mematikanmu –oh jangan sampai, Tuhan. Kemarilah, biar
kubelai kamu. Mendekat, kumohon, dan aku ingin kau rasakan lembutku. Aku yang
terlampau bebal dalam merasakan mungkin tidak selupa itu akan rasanya mengasihi
dan menyayangi.
Terinsipirasi dari anak kucing 4 bulan –entah darimana- yang baru datang tadi pagi ke dalam
rumahku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar